"Sunbae, aku mendengar banyak sekali rumor tentangmu, apa kau tak masalah jika kami menanyaimu sedikit"ucap pria berambut coklat menyentuh pundakku.
"Lepaskan tangan mu, kau belum mencuci tangan itu dan langsung menyentuhku"ucap ku mencuci tangan.
"Astaga astaga, maaf ketikdaksopanan kami"ucap pria itu mengangkat tangannya.
"Jadi apa yang ingin kau tanyakan padaku?"tanyaku.
"Ah benar, aku dengar.... Kalau aktor mantan anggota grub mu itu seorang gay. Apa itu benar?"tanya pria berambut merah tersenyum.
"Aktor?, Apa maksud mereka So Yoonhe?"
"Aku tidak tahu, aku juga tidak ingin tahu"ucapku.
"Hei Sunbae, kenapa tiba tiba wajahmu terlihat marah. Wajah cantik itu akan menjadi sia sia jika kau marah"ucap pria berambut coklat menarik daguku
"Sial"ucapku menyingkirkan tangan pria itu.
"Sunbae, bukanka kau sadar kalau kecsntikanmu ini adalah sebuah dosa"ucap pria berambut merah tersenyum.
Tiba tiba mereka berdua memegangi tubuhku.
"Lepaskan, apa yang kau lakukan"ucapku
Brak
Tiba tiba terdengar suara keras dari Ara pintu.
Terlihat Woojin berdiri disana sembari tersenyum.
"Apa yang kalian inginkan dengan hyungku?"tanya Woojin tersenyum
"Ah selamat siang Sunbae"ucap 2 Orang itu melepaskan tanganku.
"Apa yang kalian lakukan tadi"ucap Sunbae menatap mereka.
"Ah itu, tadi Siwoon Sunbae hampir terpleset jadi kami berdua menolongnya"ucap rambut merah berdalih.
"Begitukah, terima kasih yah"ucap Woojin menarikku.Dia menarikku dengan erat dan kasar
"Woojin, heei Woojin"ucapku
"Woojin, tanganku sakit"ucapku keras.
"Ah maaf Hyung"ucap Woojin tersadar.
Woojin berbalik dan melihat kearaku, dia sedikit merendah.
Lalu menatap Jarsey yang ku pakai.
Matanya mengernyit, "lepaskan Jarsey itu Hyung"ucap Woojin tiba tiba
"Eh kenapa?"tanyaku.
"Tidak apa apa, Jarsey itu kotor kan. Biarkan aku mencucinya"ucap Woojin menyentuh pundakku.
"Tidak apapa, ini tidak sekor–ukh"lepaskan jarseynya Hyung"ucap Woojin.
Aku tidak tahu apa Woojin secara sadar atau tidak, tapi dia mencengkram bahu ku cukup keras.
Wajahnya begitu serius dengan mata yang menggelap.
"Baiklah "ucapku.
Woojin tersenyum.
Aku melepaskan Jarsey itu.
"Baiklah, pakai ini sebagai gantinya"ucap Woojin memakaikan jarseynya kepadaku.
"Tapi ini sangat besar"ucapku menggulung lengan Jarsey
"Hahah, kau terlihat sangat lucu Hyung"ucap Woojin tertawa.
"Heheh, kau ini kenapa sie"ucapku tertawa.
"Ah benar, ayo kita kembali. Sujin-Hyung pasti akan khawatir kalau kita tidak kembali"ucapku
"Kau boleh pergi lebih dulu, aku akan mengambil makanan untuk di makan"ucap Woojin tersenyum.
"Begituka, baiklah"ucap ku.
Aku berjalan pergi
"Meski hanya setitik, aku takkan membiarkan sesuatu yang kotor menyentuhnya"
Srrak
Woojin menjatuhkan Jarsey itu tepat di tong sampah di depannya.
__
"Hyung, selamat datang"ucap Hejin melambai.
"Dimana Woojin?"tanya Sujin-Hyung
"Ah, dia pergi mengambil makanan"ucapku.
"Jadi bagaimana dengan pertandingannya tadi Hyung?"tanyaku
"Tentu saja hyung mu ini menang"ucap Sujin-Hyung bangga.
"agar kalian bangga kepada Hyung ini. Aku harus memakan kimbap itu meski sudah tak sanggup lagi "ucap Hyung menekan dadanya.
"Jangan percaya kata katanya hyung, Sujin-Hyung pasti hanya lapar"ucap Hejin.
"Hahah"ucap ku tertawa.
Tap
Tap
"Apa yang kalian tertawa kan tanpa aku haah?"ucap Woojin yang membawa makanan.
"Nice timing, aku sangat lapar"ucap Hejin berdiri.Kami duduk di rumput sembari memakan makanan.
"Ayo cepat buka, apa lauknya?"ucap Hejin.
"Uwaaaa kimchii"ucapku dan Hejin bersamaan.
Kimchi itu berbalut dengan saus yang begitu merah sampai membuatku ingin meneteskan liur.
"Uwak, mengerikan. Itu masih bisa dimakan?"tanya Hyung memegang sumpitnya.
"Hyung, aku mau coba juga"ucap Hejin.
...
"Emh ini enak"ucap Hejin.
"Yah benar, Hyung dan Woojin tidak mau coba?"tanyaku.
"Tidak terima kasih, enak dilidah kalian itu sama seperti lava di mulut kami. Aku tidak ingin bolak balik kamar mandi"ucap Sujin-Hyung menyilangkan tangannya.
"Sedikit saja"ucap Woojin.
"Emh tentu"ucapku tersenyum mengambil selembar sawi dengan sumpitku.
"Ini buka mulutmu"ucapku tersenyum.
"Eh?"
"Apa?, Kenapa apa kau tidak mau 1 sumpit denganku?"tanyaku.
"Emh tidak apa apa"ucap Woojin tersenyum.
Dan hap
"Kalian itu masih masa pertumbuhan jadi lebih baik makan banyak"ucapku.
Puk
"Siwoon, itu juga berlaku untukmu"ucap seseorang menyentuh rambutku.
Aku mendongak.
"Ah, Hyung"ucapku melihat Myeong-sin disana.
"Ini aku membelikan beberapa ice cream untuk kalian"ucap Hyung memberikan plastik hitam.
"Apa itu kimchi?, Bukanka itu terlalu merah"ucap Hyung membungkuk.
"Hahah, ini sangat enak. Apa kau mau?"tanyaku memakan nasi dengan sendok.
"Boleh"ucap Hyung membuka mulutnya.
"Ah sebentar"ucapku mengambil nasi dengan kimchi.
Lalu mendorong sendok itu masuk kedalam mulut Hyung.
Nyam nyam
"Ukh"
"Hyung,ada apa?. Ah maaaf aku lupa kau tidak suka pedas"ucapku memberikannya botol teh dingin.
Gluk gluk
"Apa sudah lebih baik?"tanyaku.
"Emh sudah"ucap Hyung.
"Lain kali makanlah makanan yang lebih mudah di cerna, memakanan makanan pedas seperti ini hanya akan membuat pecernaanmu terganggu "ucap Hyung menepuk rambutku
"Yah emh baiklah, aku akan melakukannya"ucapku tertawa.
"Emh anak baik"ucap Hyung."Hyung Hyung, tidakka kau berfikir kalau direktur dan Hyung cocok"bisik Hejin ke Sujin-Hyung
"Eh apa maksudmu?, Direktur-Nim dan Siwoon adalah pria."jawab Sujin-Hyung
"Hyung kau sudah ketinggalan zaman yah, sekarang sudah marak yah"ucap Hejin.
"Mungkin jika menyepelekan tentang gender, mereka berdua cukup cocok"ucap Sujin-Hyung.
"Benarkan, tidakkah kau berpikir begitu woo—trrtak"
Sumpit kayu di tangan Woojin patah
Terdengar suara patah dari Ara Woojin
Tis tis
"Astaga, tanganmu berdarah"ucapku mendekat keara Woojin.
"Aku aku akan meminta perban"ucap Sujin-Hyung berdiri.
"Darahnya banyak sekali, sebenarnya apa yang kau lakukan"ucapku membuka genggaman tangan Woojin.
"Maaf"ucap Woojin.
Aku tidak menyadari tatapan Woojin karna fokus pada lukanya.
Tapi disana Hejin mengernyitkan matanya,menatap wajah Woojin yang berekpresi tak lazim itu."Aku membawakan kotak p3k"ucap Sujin-Hyung yang berkeringat.
"Ah terima kasih"ucapku.
___
Kamar mandi
"Apa kau yakin, tidak butuh bantuanku?"tanyaku.
"Emh tak masalah, aku hanya perlu mengeluarkan serpehin kayu yang tertancap. Dan itu tidak terlalu besar"ucap Woojin tersenyum.
"Kalau kau butuh sesuatu, panggil aku yah"ucapku.
"Emh"ucap Woojin tersenyum.
Aku berjalan keluar dari toilet, menunggu sembari bersandar di dinding antara toilet wanita dan toilet pria."Astag, kebetulan sekali. Kita bertemu disini Siwoon"terdengar suara di kananku.
Suara ini!
Srrt
Aku menoleh dan terlihat jelas coretan di wajah pria itu.
"So Yoonhe?!"ucapku
"Hei, kenapa. Apa kau melupakan aku setelah tak bertemu beberapa hari"ucap pria itu.
Srrk
Tiba tiba tubuhku bergerak tanpa sadar
"Yoonhe-ah"ucapku memeluk pria itu.
"Eh apa?, Kenapa tiba tiba".
"Hahah kenapa?, Apa kau merindukan ku?"tanya Yoonhe menepuk punggungku.
"Tunggu, apa ini?. Tubuhku tak bisa di gerakan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Second life (Bl)
JugendliteraturUp setiap hari Senin,Kamis dan sabtu seorang pria berumur 34 tahun yang terus bekerja demi mengejar kepuasan ayahnya yang serakah. tapi meski sudah berkerja bertahun tahun ayahnya Masi tetap tak puas dengan kerja kerasnya dan membuat pria itu mulai...