Di sebuah taman yang indah.
Tepatnya dimana Jun siwoon dan Jun sioun berada.
"Sioun hiks hiks aku tak sanggup lagi, akhirnya mau menghilang saja"ucap siwoon yang menangis keras memeluk seorang pria berambut hitam dengan mata biru itu.
Sioun dengan lembut membelai rambut orange siwoon yang bergelombang.Sioun tidak mengucapkan satu katapun, karna dia bahkan tidak tahu apa yang harus ia katakan untuk menenangkan siwoon.
Karna rasa sakit siwoon tidak akan langsung hilang hanya dengan sebuah hiburan kecil dari dirinya."Sioun, kenapa kak siwoon menangis seperti itu?"terdengar suara dari samping mereka.
Ia menoleh dan melihat 2 anak kecil yang saling bergandengan tangan.
"Sioun, apa terjadi sesuatu di luar?"ucap anak berambut hitam yang menyerupai sioun itu."Ya, sepertinya seperti itu"jawab sioun yang masih memeluk siwoon.
"Hiks hiks, siwoon jangan menangis"ucap anak berambut oranye mudah itu melepaskan genggaman tangannya dan perlahan ikut memeluk siwoon.
"Apa ini ulah Lee hajin lagi?"ucap anak berambut hitam itu dengan kebencian.
Sioun hanya sedikit mengangguk sedikit."Sial, sebenarnya kenapa pria itu selalu saja melakukan hal licik pada siwoon. Apa yang siwoon lakukan padanya sampai sampai dia melakukan ini"ucap dia berteriak.
"Sin-ie (dari myeong-sin)"ucap siwoon.
"Emh, aku di sini"jawab Sin.
"Tolong peluk aku, aku merasa kesakitan disini"ucap siwoon dengan suara bergetar.Mata Sin terlihat bergetar, matanya memerah dengan ujung bibir yang hampir berkerut.
Lalu perlahan anak itu masuk kedalam dekapan sioun.
"Tidak apa apa siwoon, ada aku, Woon-ah dan Sin-ie disini. Jadi kau tak perlu takut. Kami bertiga tidak akan perna meninggalkanmu"ucap sioun sembari berbisik di telinga siwoon.
"Emh..."ucap siwoon hanya mengangguk."Siwoon, siwoon sadarlah. Siwoon"terdengar suara dari atas langit yang biru itu
Suara pria itu terus memanggil nama kami.
"Itu myeong-sin Hyung"ucap woon-ah melihat ke langit.
"Siwoon dengarlah, itu suara myeong-sin Hyung. Dia menanti kita kembali"ucap sioun membelai rambut oranye siwoon.
"Tapi aku masih takut keluar, sioun"ucap siwoon yang masih memeluk sioun erat.
"Siwoon kumohon bangunlah, tolong"suara myeong-sin Hyung terdengar dengan suara cukup sedih.Mata sioun memandang siwoon yang masih gemetar hebat
"Sin-ie, bisakah kau mengganggantikan tempatku dan siwoon sekarang?"tanyaku
"Kenapa aku?"tanya sin bingung.
"Aku harus menenangkan siwoon didalam sini, lalu jika kita membiarkan Woon yang lugu keluar. Kita tidak akan tahu apa yang akan di lakukan hajin pada Woon. Hanya kau yang bisa menggantikan kami. Karna Sin-ie adalah anak yang paling dewasa setelah siwoon disini"ucap sioun menepuk kepala sin.
Sin sedikit menatap siwoon sesaat"Baiklah, Hyeong"ucap sin-ie mengangguk.
"Panggil aku jika sesuatu terjadi luar sana, dan jadilah anak baik agar tidak merepotkan myeong-sin Hyung di luar sana"ucap sioun tersenyum.
"Baik Hyung, kau tidak perlu terlalu mengkhawatirkan ku"ucap Sin-ie menepiskan tangan sioun.____
Di luar pikiran.
Di rumah sakit, seorang pria berambut oranye itu terbaring di atas kasur pasien dengan selang infus yang melekat di tangan kirinya.
Pria itu juga memakai alat bantu nafas.
Srrrt
Mata pria itu terbuka dan terlihat mata biru mudah yang begitu indah
Pria itu menggerakkan matanya ke samping tempat tidur, dan ia mendapati seorang pria berambut hitam yang duduk di kursi.
Pria itu tertidur dan terlihat jelas lingkaran hitam di bawah kelopak matanya."Hyu—"selamat pagi. Siwoon-Ssi"ucap seorang pria lain yang ada di samping kiriku.
Terlihat seorang pria berambut abu abu dengan mata hijau mudah.
Bulu mata pria itu cukup lentik dengan potongan rambut mohawk yang memperlihatkan telinganya.
Dia adalah
"Selamat pagi, Grigor-ssi "jawab Sin-ie tersenyum.
"Apa rasanya sesak memakai alat bantu nafas?"tanya Grigor perlahan melepaskan sebuah benda seperti tabung yang menutupi hidung dan mulut anak itu."Anda sudah tidur lebih dari 2 hari, dan presedir selalu berada di sisi anda untuk memastikan keamanan anda"ucap Grigor-ssi berbicara dengan begitu sopan dan tertata.
"Begitukah, apa kami sudah tidur selama itu"ucap Sin-ie menatap Myeong-sin yang masih tertidur sembari menayandariaj punggungnya di kursi besi yang terlihat tak nyaman itu.
"Anda menyebut 'kami', apa maksudnya anda dengan kepribadian utama anda?"tanya Grigor-ssi yang begitu tenang.
"Jika kau berbicara tentang sioun-hyung, dia masih di dalam. Dia menenangkan siwoon-hyung yang masih retak"ucap Sin-ie.
"Begitukah, apa anda kepribadian ketiga Siwoon-Ssi?"tanya Grigor-ssi.
"Tidak, aku kepribadian ke empat"ucap Sin-ie.
"Begitukah, saya mengerti "jawab Grigor-ssi yang tak bertanya lagi.Mata Grigor-ssi perlahan menoleh ke arah myeong-sin Hyung.
"Sepertinya sudah waktunya presedir untuk bangun. Mari kita bercerita lagi lain kali, tuan keempat"ucap Grigor-ssi sedikit membungkuk lalu keluar dari ruangan itu.
Myeong-sin membuka matanya.
Saat ia melihat tubuh siwoon yang terbangun pria itu langsung memeluk Sin-ie dengan erat.
"Kenapa kau lama sekali bangunya siwoon"ucap myeong-sin Hyung.
Sin-ie menepuk nepuk pundak lebar myeong-sin.
Lalu perlahan ia membuka mulutnya
"Maaf Hyung, tapi aku bukanlah siwoon"ucap Sin-ie yang membuat myeong-sin tertegunPerlahan myeong-sin melepaskan pelukannya dan mendapati warna mata siwoon yang biasanya berwarna coklat mudah sudah beruba menjadi warna biru mudah seperti langit.
_____
Sin-ie dibawah ke sebuah ruangan yang berbeda.
Dia duduk berhadapan dengan seorang wanita berjas dokter yang memegang buku dan pena.
Serta myeong-sin yang duduk di sampingnya dengan wajah khawatir.
"Bisakah anda memberitahu nama anda dan usia anda?"tanya dokter wanita itu dengan ramah.
"Sin, 10 tahun"ucap Sin-ie menjawab dengan benar.
"Apa selain dirimu ada lagi kepribadian yang masih belum muncul?"tanya dokter.
"Ya... Ada 1 lagi"ucap sin"Apa dia adalah kepribadian ke empat?"tanya dokter.
"Tidak, dia muncul sebelum aku dan sioun-hyung"ucap sin.
"Jadi maksudmu, kau dan karakter sioun itu baru muncul baru baru ini?"tanya dokter.
"Yah, aku dan sioun-hyung baru muncul 1 tahun yang lalu. Ketika kejadian siwoon-hyung mencoba bunuh diri karna rasa frustasinya"ucap sin.
"Begitukah, meskipun kau masih berumur 10 tahun. Kau begitu dewasa untuk anak seusiamu"ucap dokter sedikit tertawa.
"Karna jika aku tidak dewasa siapa yang akan melindungi yang woon-ah disaat para Hyung yang lain sedang dalam kondisi tidak baik"ucap sin menatap Myeong-sin."Apa semuanya sudah selesai?, bisakah aku pergi sekarang?"tanya Sin-ie.
"Ya tentu silahkan"ucap dokter.
Sin-ie mulai melangkah dan pergi meninggalkan myeong-sin didalam ruangan itu bersama dengan dokter.
Kluk pintu tertutup.
"Apa kau yakin mengatakan hal kasar itu pada orang yang sudah di anggap kakak oleh Hyung mu?"tanya seorang pria berambut abu abu ikal.
Dia memiliki beberapa tindik di kedua telinganya, mata coklatnya menatap Sin-ie yang baru saja keluar dari pintu."Pria itu Hannya menyukai sioun-hyung dan tidak mau menerima kami yang lain, Jadi aku tidak memiliki hak untuk menghormati pria seperti itu"ucap Sin-ie menatap Grigor-ssi yang berdiri di samping pintu.
"Tidakkah menurut Grigor-ssi kata katakku itu masuk akal?"tanya Sin-ie melangkah
"Emh.... Masuk akal"ucap Grigor-ssi berjalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second life (Bl)
Ficção AdolescenteUp setiap hari Senin,Kamis dan sabtu seorang pria berumur 34 tahun yang terus bekerja demi mengejar kepuasan ayahnya yang serakah. tapi meski sudah berkerja bertahun tahun ayahnya Masi tetap tak puas dengan kerja kerasnya dan membuat pria itu mulai...