"." EmPaT BeLaS "."

56 3 0
                                    

Happy Reading







































       Hari ini, Cyra berniat mendatangi  Alric, karna setelah makan malam itu, Alric benar-benar tak pernah menghubunginya lagi. Bahkan, pesan yang selama ini ia kirim, juga tak pernah dibaca, apalagi dibalas. Padahal biasanya, sesibuk apapun Alric, ia selalu menyempatkan waktunya untuk membalas pesan demi pesan darinya, meski dengan sangat singkat. Namun kali ini sungguh berbeda, hingga membuat seorang Cyra, yang awalnya berbunga-bunga akan kecupan manis pertama dari Alric, yang memang telah lama ia damba, kini berubah menjadi rasa khawatir sekaligus takut. Ia khawatir jika penyakit insomnia Alric kian memburuk, dan ia takut, jika alasan Alric berubah ialah, karna telah menemukan penggantinya.

   "Aku harus menemuinya. Ya! Aku harus menemuinya. Setelah aku memastikan kondisinya pada Kenzo terlebih dahulu." ucapnya seraya menatap diri pada standing mirror di hadpannya, yang berada di salah satu sudut Walk In Closet, sembari merapikan dress hitam selutut yang baru saja ia kenakan.

.Di Tempat Lain

        Baik Vania maupun Nala, tampak masih menatap penuh kagum pada Alric yang tengah memangkas jarak dari mereka, hingga sapaan kedua dari Alric, seketika membuat keduanya tersadar dan gugup.

    "Hai! Selamat pagi Nona-Nona cantik. Apa kabar?" sapanya dengan seulas senyum menawan yang enggan memudar.

   "Hai juga." sahut Nala dan Vania sembari menunduk malu. Karna tertangkap basah tengah terpesona.

   Namun berbeda dengan kedua sahabatnya, Eira justru menampakkan raut tak suka, akan kehadiran Alric, dengan memilih menatap sembarang. Meski bukan tak suka karna benci, melainkan karna sepekatannya dengan Alric kemarin, yang membuatnya merasa tak nyaman, untuk dekat ataupun berbincang dengan laki-laki tersebut.

   Alric yang menyadarinya sikap Eira yang demikian, memilih bertanya pada Nala dan Vania saja, karna mereka berdua terlihat lebih Welcome dengan kehadirannya.  "Apa kalian berdua akan berangkat bekerja?"

   "Eung!" angguk Vania dan Nala cepat.

"Dimana tempat kerja kalian? Kali saja kita searah."

    "Evram Mall."

"Wah! Kebetulan sekali. Aku juga akan lewat sana." ujar Alric seraya menyeringai senang. "Jika tidak keberatan, maukah kalian berangkat bersama kami?" tanyanya yang seketika membuat Eira menatap penuh tanya, pada laki-laki yang mengenakan setelan formal dengan warna dominan hitam itu.

   "Maaf! Kita siapa ya, maksudnya?" tatap Eira sembari berharap dugaannya salah.

   "Tentu saja kamu dan aku." jawab Alric yang langsung mendapat penolakan dari Eira.

   "Maaf! Saya tidak bisa! Saya lebih nyaman menggunakkan transportasi umum."

    "Maaf Eira. Tapi apakah kamu sudah lupa soal--" ucapan Alric seketika terhenti, karna Eira sudah lebih dulu berjalan mendekati mobil listrik putih berkapasitas 4 penumpang tersebut, yang terparkir di sebrang jalan sempit itu. Pertanda jika Eira sudah mengerti, bahwa ia masih memiliki satu hal yang tak bisa ditolak olehnya.

  Melihat itu, Alric hanya bisa tersenyum kecil karna gemas, sebelum mempersilahkan Vania dan Nala, untuk ikut. "Mari!"

   "Terimakasih." ucap Nala dan Vania sembari membungkuk sopan. Sebelum berebut duduk dikursi penumpang belakang kemudi, karna Eira awalnya enggan duduk didepan. Meski akhirnya terpaksa menurut, karna kedua sahabatnya sungguh tak bisa diajak kompromi.

Insomnia Kiss (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang