Happy Reading
Hari ini Alric sangat sibuk, setelah menunda semua rapatnya kemarin. Namun ia tak lupa, untuk tetap menunjukkan perhatiannya pada Eira melalui pesan-pesan singkat yang ia kirim di sela-sela kesibukannya mengikuti berbagai agenda rapat hari ini.
Alric : Sedang apa?
Eira : Tentu saja bekerja.
Alric : Aku serius dengan ucapanku kemarin. Tolong pikirkan.
Eira yang membaca pesan Alric tak langsung membalas, karna ponselnya tiba-tiba berdering, menandakan ada sebuah panggilan masuk. Namun, bukannya menggeser gambar telepon warna hijau, Eira justru menggeser gambar telepon warna merah, untuk mereject panggilan, yang ternyata dari Arvino, sebelum meletakkan kembali ponselnya di atas top table, dan memilih melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda, agar cepat selesai.
.Di Sisi Lain
Alric yang tak mendapat jawaban dari Eira, seketika merasa cemas, dan ingin segera menghampirinya. Tapi sayang, pekerjaannya masih menumpuk. Jadi terpaksa, ia menahan diri, untuk tidak pergi, meski ingin sekali berlari padanya, kemudian memeluknya erat.
.Di Tempat Lain
Arvino merasa semakin frustasi, karna sejak kejadian tempo hari, ia tak bisa lagi menghubungi apalagi menemui Eira. "Astaga! Aku mesti gimana ini?" gumamnya seraya menopang dagu dan menggigit kuku jari, setelah meletakkan kembali ponselnya diatas meja kerja. "Haruskah aku menunggunya lagi?" pikirnya. "Tapi-- sejauh ini selalu saja nihil." lanjutnya sebelum memutuskan beranjak turun, karna jam makan siang telah tiba.
Di pos kasir, Arvino mulai sibuk dengan tugasnya, begitupun ketiga karyawannya. Mereka juga sibuk menyiapkan berbagai pesanan, baik yang makan di tempat ataupun yang di bawa pulang.
.Di Tempat Lain
Juan sibuk menatap layar PC dihadapannya, meski pikirannya tengah berkelana memikirkan Alric, yang kemarin tampak bosan hidup, tapi hari ini sudah berubah 180°, lebih bersemangat dan terlihat tak terjadi apa-apa sebelumnnya.
"Juan!" panggil Alric yang seketika buat laki-laki yang mengenakan jas abu-abu itu kembali pada kesadarannya.
"Eung! Ya Tuan!" sahut Juan seraya berdiri.
"Aku mau pergi sebentar. Tolong urus sisanya ya!" titah Alric dengan raut semringahnya, sebelum berlalu pergi.
"Baik Tuan!" sahut Juan sembari membungkuk sopan.
***
Setibanya di Penthouse, Alric segera mencari keberadaan Eira.
"Tasnya masih ada. Berarti dia masih disini." gumam Alric sebelum kembali mencari keberadaan Eira, namun tanpa suara. "Itu dia." seringai Alric saat menemukan Eira tengah mengeluarkan pakaian kering dari mesin cuci.
Dengan langkah perlahan, Alric mulai mendekat, sebelum mencolek pipi kiri Eira, dan segera meletakkan dagunya di bahu kanan Eira, hingga saat Eira menoleh mencari keberadaannya, bibir Eira tak sengaja menyentuh pipinya.
"Astaga Ilana! Harusnya kamu memberiku aba-aba dulu, supaya aku bisa mempersiapkan diri." goda Alric yang seketika buat Eira melayangkan cubitan keras pada perutnya. "Akh..!! Ampun! Sakit." ucapnya dengan raut memelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Insomnia Kiss (Completed)
Literatura FemininaCerita ini murni fiktif. Jangan lupa tetep Vote komen ya, meskipun ceritanya udah tamat. Thanks! Alric Ganesha Evram, seorang pendiri sekaligus pemilik saham terbesar di Evram Corp, sebuah perusahan yang nyaris bergerak di segala bidang. Kehid...