"." LiMa PuLuH SeMbiLaN "."

25 0 0
                                    

Happy Reading




























         Eira melangkahkan kaki ke dalam Penthouse.

     *Sepi.* batinnya seraya mengedarkan pandangannya dan terus melangkah masuk ke dalam menaiki tangga.

   *Nesha kamana ya? Koq gak ada.* batinnya lagi setelah memeriksa ke berbagai ruangan. "Dia tidak mungkinkan!? Kalo--" Eira menjeda ucapannya seraya menggeleng dan meyakinkan diri. Meski terbesit rasa takut, tapi buru-buru ia enyahkan pikiran itu. "Nesha tidak mungkin semudah itu berpaling. Ya walaupun aku sendiri tak bisa menjamin, ke depannya akan terus seperti ini, tapi untuk saat ini, aku yakin tidak." ucapnya sebelum memilih membersihkan diri, sembari mengingat kembali percakapannya dengan Arvino dan Tio.

FlashBack

    "Tio? Vino?" tebaknya sembari terus berusaha membuka tangan kekar itu.

    "Tebak yang bener atu Mbak!" goda Arvino yang justru mendapat cubitan keras di kedua tangannya, hingga membuatnya memekik kesakitan. "Akh...!!! Sakit Ra!!"

     "KAPOK LU!" sungut Eira dengan wajah cemberut.

   "Merah tahu Ra! Tangan gue." ujar Arvino seraya menunjukkan bekas cubitan Eira, yang memang merah. Setelah mendudukkan diri di samping Eira.

   "KAPOK!! Lagian iseng sih! Worth It!"

"Dih! Jahat!"

   "Udah tahu jahat, ngapa lo deketin?!" decak Eira dengan tatapan sebal.

"Karna gue suka sama lo." jawabnya yang seketika buat suasana menjadi hening.

.Sesaat Kemudian

    Tio datang dengan membawa pesanan Eira. Namun betapa terkejutnya ia, saat mendapati Arvino duduk di samping Eira.

  "Eh! Mas Vino. Ada disini juga." ucap Tio.

     "Iya! Kenapa?"

"Gapapa. Cuman heran aja, gimana Mas Vino bisa tahu, kalo Mbak Eira disini. Sedang Tio aja gak ngasih tahu."

     "Elo emang gak ngasih tahu secara lisan, tapi cara lo bikinin pesanan buat pelanggan atau buat Eira, itu sangat beda Yo. Jadi tanpa sadar, gestur lo ketara banget." terang Arvino yang seketika buat rona kedua pipi Tio berubah. Namun tetap berusaha tenang, agar Eira tidak merasa canggung atau tak nyaman padanya.

   "Ah! Masa sih Mas! Menurut Tio sama aja." sahutnya seraya mengulurkan pesanan Eira dan mendudukkan diri di sampingnya. "Monggo Mbak!"

  "Thanks Yo!"

"Sama-sama Mbak!"

   Mereka mulai berbincang bersama, sembari bernostalgia, saat-saat awal mulai Kafe dibuka, dan membuat taman bunga bersama. Kala itu Arvino dan Eira baru lulus SMA, sedang Tio, dia baru lulus SMP.

FlashBack Selesai

    Eira melangkah keluar kamar mandi, dengan balutan bathrobe. Lalu mendudukkan diri di kursi rias untuk mengeringkan rambut, berikut mengaplikasikan berbagai produk skincare yang di perlukan, pada wajah dan anggota tubuh lainnya, yang membutuhkan.

Insomnia Kiss (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang