Happy Reading
Hari ini adalah hari terakhir Eira dengan status lajang. Namun ia masih belum tahu akan hal itu."Sha! Aku mau ke Kafe Vino, boleh ya?!" tanya Eira setelah mendudukkan diri di samping Alric, yang tengah fokus menatap laptop di pangkuannya, sembari bersadar pada headboard.
Alric tampak berfikir sejenak, sebelum akhirnya mengangguk. "Boleh, tapi aku ikut ya?"
"Bukankah kamu sedang sibuk? Apa gak sebaiknya kamu fokus dulu sama kerjaanmu? Nanti kalo udah selesai, baru nyusul. Gimana?"
Alric mengangguk. "Oke! Tapi kamu aku anter ya? Sekalian mau mampir kantor."
"Eung! Boleh." Eira mengangguk setuju, sebelum bergegas masuk ke dalam Walk In Closet, untuk berganti pakaian.
"Ayo!" seru Eira setelah berganti pakaian dan mengaplikasikan make up natural, sebagai penunjang penampilannya.
Meski begitu, Alric tetap saja terpukau dengan penampilan Eira.
"Hai! Koq malah bengong Sha?!" Eira menggerakkan kedua telapak tangannya di depan wajah Alric, hingga laki-laki yang masih mengenakan kaos putih celana pendek hitam itu, tersadar.
"Ah! Iya maaf. Aku ganti dulu." Alric beranjak menuju kamarnya, untuk berganti pakaian formal.
"Aku tunggu di bawah." ujar Eira berlalu dengan Tas Slempang tersampir di bahu kirinya.
***
Di jalan, Alric mulai membuka pembicaraan, sembari fokus menatap jalanan yang legang.
"Setelah menikah nanti, apa kita butuh pelayan untuk tinggal di dalam?"
"Boleh juga. Asal yang muda." jawab Eira yang seketika buat Alric menoleh.
"Apa aku gak salah denger Na? Yang muda?"
Eira mengangguk mantap. "Eung! Yang muda. Karna jika wanita paruh baya, tentu obrolan kita tidak akan nyambung, dan itu tentu membosankan. Tapi berbeda jika kita seumuran, tentu obrolan kita sebelas duabelas tidak jauh berbeda. Jadi, aku tidak merasa sendiri, saat kamu pergi ke kantor." terangnya yang buat Alric mengangguk paham.
"Tapi bagaimana jika keduanya? Maksudku, dua pelayan, satu wanita paruh baya, satu seumuran denganmu. Gimana?" tanya Alric, yang sebenarnya kurang nyaman, jika memiliki pelayan muda saja. Kenapa? Karna ia takut, jika suatu saat terjadi salah paham yang tidak seharusnya dengan Eira, yang mungkin akan membuat hubungannya dengan Eira kandas. Dan tentu, itu sangat tidak ia inginkan.
Bahkan kehadiran Nerissa saja, sudah cukup membuat dirinya was-was, apalagi setelah melihat cara pandang Nerissa terhadapnya, ia cukup risih. Namun ia tak bisa memecatnya, tanpa memberi alasan yang tepat pada Eira. Karna sudah pasti Eira akan mencecarnya dengan berbagai pertanyaan.
Dan jika ia mengaku karna hal itu, sudah pasti Eira akan memarahi dan menceramahinya habis-habisan. Karna bagi Eira, ia terlalu berlebihan.
"Tapi apa kita memang perlu? Mempekerjakan dua pelayan sekaligus?"
"Tentu saja perlu. Apa lagi setelah kita punya baby, dua pelayan tidak akan cukup."
KAMU SEDANG MEMBACA
Insomnia Kiss (Completed)
ChickLitCerita ini murni fiktif. Jangan lupa tetep Vote komen ya, meskipun ceritanya udah tamat. Thanks! Alric Ganesha Evram, seorang pendiri sekaligus pemilik saham terbesar di Evram Corp, sebuah perusahan yang nyaris bergerak di segala bidang. Kehid...