"." LiMa BeLas "."

67 3 0
                                    

Happy Reading










































         Waktu telah menunjukkan pukul 01:00pm, yang artinya waktu istirahat sekaligus jam makan siang Vania dan Nala telah tiba.

   Seperti biasa, mereka selalu melakukan janji temu di lantai dasar Mall, sebelum memutuskan dimana mereka akan menikmati makan siangnya.

    "Lama amat sih! Si Nala." Vania menggerutu sembari menatap jam tangan mungil berwarna hitam, yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. "Nah! Tu dia!" serunya saat melihat sang sahabat tengah berlari  mendekat padanya.

    "Sorry-sorry! Gue telat!" ucap Nala dengan nafas terengah-engah.

     "Emang udah kebiasaan sih! Jam karet!" cibir Vania seraya berjalan beriringan keluar Mall, dengan Nala.

    Mendengar itu, Nala tampak tak terima, dan segera melayangkan protes pada sahabatnya itu. "Baru juga tiga kali Van! Itu aja diluar kendali gue! Ya secara, gak mungkin donk! Gue tinggalin pelanggan gue gitu aja, cuma demi makan siang. Apa kata atasan gue coba, Hah?" belanya yang hanya diangguk-anggukki Vania saja, sebelum akhirnya Vania tersadar, jika mereka belum menentukan, dimana mereka akan makan siang hari ini.

    "Ngomong-ngomong, kita mau makan dimana sih?" tanya Vania seraya mengedarkan pandangannya pada tempat-tempat makan di sekitar Evram Mall.

    "Udah. Kafe Arvino aja yuk?" ujar Nala, yang langsung mendapat sahutan antusias dari Vania.

    "Hayu!" seringai Vania sebelum melangkah penuh semangat menuju Kafe Arvino, yang hanya berjarak beberapa ratus meter saja, dari Evram Mall.

***

   Setibanya di Kafe, Nala langsung berdiri mengantri bersama pelanggan lain untuk memesan makanan ataupun minuman. Sedang Vania, ia segera mendudukkan diri di salah satu set kursi kosong dekat jendela.

.Di Tempat Lain

     Eira mulai membersihkan dan mengelap seluruh sudut Penthouse seperti biasa. Setelah memasukkan pakaian kotor kedalam mesin. Sesekali Eira menghela nafas panjang, setiap kali teringat kejadian tadi pagi, yang mungkin agak keterlaluan bagi Alric, karna nyatanya sejak perdebatan singkat itu, Alric memilih diam, walaupun sejak tadi laki-laki itu berulang kali mondar-mandir di depan Eira, namun tak sekalipun Alric menanyai Eira, seperti sebelumnya. Meski demikian, Eira terpaksa melakukannya, karna ia merasa tidak nyaman sekaligus tidak pantas, apalagi saat jam kerja berlangsung. Ya meskipun pekerjaannya bukan pekerjaan formal seperti pekerja kantoran, pabrik ataupun toko. Tapi tetap saja, ia memiliki jam kerja sendiri yang harus ia taati.

    "Huft!" helanya lagi setelah mengeluarkan semua pakaian dari dalam mesin cuci, untuk kemudian ia masukan ke dalam mesin pengering, sebelum ia gantung di Walk In Closet.

.Sesaat Kemudian

    Ponsel Eira berdering. "Siapa sih!" gumamnya seraya merogoh saku. "Vania." ujarnya sebelum menggeser gambar telepon warna hijau ke samping. "Iya napa beb!"

    "Sibuk gak?"

"Udah selesai sih, napa?"

     "Gabung sini. Gue sama Nala lagi di Kafe Arvino."

    "Males Ah! Gue mau pulang aja. Tidur."

    "Tumben? Biasanya juga mampir sini dulu, sekalian nungguin kita pulang, malah."

Insomnia Kiss (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang