Happy Reading
Eira dengan canggung segera bangun dari atas tubuh Alric yang terbaring di atas lantai. Tak lupa Eira juga meminta maaf, karna tak sengaja membuat bibir mereka saling bertautan. "Maaf! Aku gak bermaksud begitu." ucapnya seraya menunduk.Melihat itu, Alric yang memang merasa agak pusing, tak ingin melewatkan kesempatannya untuk bisa terus berdekatan dengan Eira.
"Akh! Akh! Aduh kepalaku sakit sekali. Bisa tolong bantu aku berdiri kekamar?" tanya Alric sembari memegang kepala bagian belakangnya yang terasa sedikit nyeri, akibat beradu dengan lantai, meski tak terlalu keras, karna kedua lengannya sempat berhasil menahan tubuhnya dengan baik, hanya saja, sentuhan bibir Eiralah yang buat Alric seketika oleng, dan membiarkan kepalanya beradu dengan lantai begitu saja.
"Ah iya!" sahut Eira yang dengan sigap segera membantu Alric berdiri, sebelum memapah dan membaringkannya di kamar. "Kalo butuh sesuatu. Bilang aja ya, Sha!" kata Eira sebelum beranjak dari tepi ranjang Alric. Namun baru saja Eira hendak berdiri, Alric lebih dulu menahan lengannya.
"Bisakah kamu tetap disini? Hingga aku tertidur?" Mohon Alric dengan raut memelas, sampai-sampai membuat Eira tak tega untuk menolaknya.
"Baiklah." sahut Eira kembali menyamankan duduknya.
"Tapi-- bolehkah aku menggenggam tanganmu? Hanya sampai aku terlelap? Karna entah kenapa, sudah 2 bulanan ini, aku tak bisa tidur." ucapnya yang benar adanya.
Namun tak lama kemudian, Alric justru sudah terlelap, hingga membuat Eira seketika mencibir sekaligus gemas.
"Dasar kamu, Sha! Katanya susah tidur! Gak tahunya udah pules duluan! Padahal belum juga 5 menit!" ucapnya seraya mencubit hidung mancung Alric, untuk mengecek, apakah dia sudah benar-benar tidur, atau hanya pura-pura tidur. Tapi nyatanya, Alric benar-benar sudah terlelap, karna
tak merespon cubitannya yang sedikit keras. "Baiklah, aku pergi dulu ya!" pamitnya setelah membenarkan selimut Alric hingga dada, sebelum bangkit kembali, untuk menyelesaikan pekerjaannya..Di Tempat Lain
Seperti biasa, Arvino sibuk dengan aktivitasnya di Kafe. Vania dan Nala, sibuk dengan pekerjaannya di toko. Dan Juan, pekerjaanya kini jadi berlipat ganda, karna ketidak hadiran Alric di kantor.
"Astaga! Kenapa Tuan Alric tidak mengangkat teleponnya sih!" gerutu Juan yang sudah melakukan puluhan panggilan telepon pada Alric. Namun tak satupun terjawab, karna nyatanya ponsel Alric tadi tak sengaja terjatuh di atas ranjang, saat Eira membantu membaringkan tubuh Alric diatas ranjang. Alhasil, benda tipis tersebut kini berada di bawah guling yang Eira pasang di samping tubuh Alric. "Apa terjadi sesuatu?" gumamnya mulai merasa khawatir, mengingat selama 2 bulan terakhir ini kondisi Alric cukup buruk. "Aku harus memastikannya." ujar Juan setelah memasukkan ponselnya kedalam saku jas abu-abu yang ia kenakan.
.Di Tempat Lain
Cyra duduk sendiri di salah satu sudut Kafe Arvino, sembari menatap luar. Ia tampak murung, namun sesekali tersenyum kecil, kala mengingat kembali masa-masa bersama Alric. Meski hanya dirinya yang memiliki perasaan, tapi Alric termasuk orang yang jarang menolak ajakannya untuk bertemu, sesibuk apapun dia, dia tetap berusaha menyempatkannya, walau sebentar. "Sedang apa dia sekarang? Haruskah aku meneleponya?" gumamnya seraya merogoh ponsel di dalam handbag hitam miliknya, yang ia letakkan di kursi kosong sebelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Insomnia Kiss (Completed)
ChickLitCerita ini murni fiktif. Jangan lupa tetep Vote komen ya, meskipun ceritanya udah tamat. Thanks! Alric Ganesha Evram, seorang pendiri sekaligus pemilik saham terbesar di Evram Corp, sebuah perusahan yang nyaris bergerak di segala bidang. Kehid...