"." Dua PuLuH SeMbiLaN "."

40 2 0
                                    

Happy Reading









































       Arvino segera memacu kuda besinya, setelah mengenakan safety Riding lengkap. Ia menyusuri jalanan Kota dengan perasaan riang, sembari mengingat kembali, percakapannya dengan Eira di bawah jembatan kemarin.

FlashBack

   "Oke! Kalo kamu belum mau cerita." Ucap Arvino memilih setia terdiam memandangi Eira yang justru memalingkan wajahnya.

.Hening

         "Vino!"

  "Eung!"

   "Ngapain lo kesini?"

   "Lagi kangen sama tempat ini." jawabnya yang seketika buat Eira menoleh dan menghambur kedalam pelukkan Arvino, hingga membuat Arvino terkejut dan oleng ke atas tanah.

.Bruk!

      "Astaga, Ra!" Pekiknya sebelum menarik tangan Eira yang tertindih tubuhnya. "Bilang donk! Kalo mau meluk! Biar gue bisa siap-siap dulu! Olengkan jadinya!" gerutu Arvino yang sebenarnya khawatir dengan lengan Eira. Namun saat ia hendak bangkit, Eira segera menahanya, dan menjadikan lengan Arvino sebagai bantalan kepalanya.

    "Eh! Ra?" Arvino menatap bingung.

   "Kenapa?" Eira mendongak, menatap  laki-laki yang kini tengah menunduk menatapnya.

     "Gapapa. Cuma tumben aja."

"Gak mau?! Ya udah sono bangun aja!" ucap Eira pura-pura kesal, sembari mendorong tubuh Arvino. Namun bukannya beranjak, Arvino justru menarik tubuh kurus Eira, hingga menempel dengan tubuhnya.

   "Iya! Gak mau nolak." sahutnya seraya terkekeh renyah.

    "Dasar! Cowok jelek!!" dengus Eira hendak berbalik badan, tapi Arvino menahannya.

    "Biarin jelek! Yang penting banyak yang naksir."

   "Pret...! Kalo banyak yang naksir! Kenapa masih jones! Hah?" tatapnya yang buat Arvino kini terpaku, karna wajah mereka sekarang amat sangat dekat.

    "Woy!! Napa bengong, Vin?!" Eira mencoba membuyarkan lamunan Arvino.

   "Ah iya!" Arvino tersadar, dan memilih kembali duduk. Bahkan perasaannya kini menjadi tak karuan dan semakin sulit di kendalikan.

   Namun, Eira yang tak peka, dengan polosnya malah bertanya sembari menopang dagu di lengan Arvino yang terlipat di atas lutut. "Kenapa? Apa terjadi sesuatu?"

    Tanpa fikir panjang, Arvino segera berdiri, hingga membuat Eira menatap bingung.

   "Kita pulang aja yuk!" ajak Arvino sembari melangkah lebih dulu.

   "Eh! Tunggu! Tolongin gue!" rengek Eira yang entah kenapa hari ini ingin sekali di manja sahabatnya itu. "Vin...! Ih!!" rengeknya lagi seraya mengulurkan  kedua tangan, layaknya anak balita minta di gendong.

   Arvino yang tak tega mendengar rengekkan Eira, akhirnya kembali mendekat. Namun betapa terkejutnya ia, saat mendapati Eira yang bersikap tak seperti biasanya. "Astaga Ra!" tatapnya seraya menggeleng tak percaya.

   "Ayolah!" ucapnya lagi dengan nada merengek, yang akhirnya buat Arvino berjongkok didepan Eira. "Yeay...!" serunya setelah berhasil nemplok dipunggung Arvino.

    "Ih! Dasar lo ya, Ra!" decak Arvino sembari menggendong Eira menuju parkiran motor. Meski sebenarnya Arvino merasa senang, akan kedekatan mereka, namun tampaknya hal ini justru membuat jantungnya sedikit tak sehat, karna berpacu terlalu cepat, layaknya Valentino Rossi tengah beradu di sirkuit.

Insomnia Kiss (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang