Happy Reading
Alric mulai menyusuri jalanan Kota yang cukup legang, setelah mengantar Vania kembali ke tempat kerja. Ia kini tengah menuju Kafe, tempat dimana ia dan Cyra, janjian untuk bertemu.
"Sorry! Aku telat ya!" ucap Alric sebelum mendudukkan diri di depan wanita yang mengenakan dress hitam lengan pendek selutut itu.
"Tidak! Aku saja yang datang terlalu cepat, karna begitu antusias akan bertemu denganmu. Meski sebenarnya, pertemuan kita masih 10 menit lagi." ujar Cyra yang jujur adanya, sebelum mempersilahkan Alric untuk menikmati minuman yang sudah ia pesan beberapa saat lalu. "Ou iya! Silahkan diminum, aku harap kamu suka dengan minuman yang aku pesan itu."
"Ou iya, thanks!" ucap Alric seraya mengulurkan tangan, untuk segera menyeruput minuman berwarna biru di hadapannya itu, sebelum akhirnya mengungkapkan, alasan ia meminta bertemu. "Sebelumnya aku minta maaf ya, Ra! Kalo selama ini, aku sudah banyak menoreh luka dan menyita banyak waktumu. Tapi aku harap, meski kita sudah bukan teman kencan lagi, kita tetep bisa berteman lagi kaya dulu. Saat kita awal bertemu, dan aku harap kamu tidak keberatan. Tapi jika kamu merasa keberatan. Aku bisa maklum koq! Karna aku memang sudah keterlaluan." terangnya yang buat Cyra tampak terkejut. Karna biar bagaimanapun, Alric bukanlah tipe orang yang akan sudi, berhubungan dengan yang namanya mantan, meski itu orang yang sebelumnya pernah dekat dengannya. Tapi entah kenapa, kini ia berbeda.
"Hah? Apa aku gak salah denger Al?"
"Kenapa? Kamu gak mau ya?"
"Bukan gitu. Takut salah denger aja, akunya." kilah Cyra, sembari mengulas senyum paksa, sebelum menyeruput minumannya. "Berarti, kapan-kapan bolehlah, kita nongkrong-nongkrong atau liburan bareng?"
"Eung! Tentu saja." Sahut Alric dengan seulas senyum menawannya.
.Di Tempat Lain
Juan masih menatap bingung pada Arvino, hingga membuat Arvino mengulangi pertanyaannya lagi, dengan tatapan dan intonasi yang tegas, meski dengan nada rendah.
"Apa hubungan kalian? JELASKAN!"
"Maaf! Maksudnya gimana ya Mas?" Juan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal karna bingung.
Sedang Kara dan kawan-kawan, mereka tampak terkejut, dengan raut Arvino yang tak bersahabat pada Juan. Karna biar bagaimanapun, selama bertahun-tahun menjadi pelanggan Kafe Arvino, mereka baru pertama kali ini, melihat Arvino tak seramah biasanya pada pembeli, meskipun terkadang ada pembeli yang bikin naik darah, namun Arvino tak pernah sekalipun menunjukkan raut tak bersahabatnya.
"Apa terjadi sesuatu?" tanya Geisha pelan.
"Entahlah! Tampaknya begitu." sahut Kara.
"Tapi, kira-kira, apa masalahnya ya?" tanya Shana sembari menyeruput Es Kopinya perlahan.
"Entahlah! Hanya mereka yang tahu." sahut Kara yang kali ini memilih menikmati pesanannya, meski masih berusaha curi-curi pandang maupun curi-curi dengar. Namun sayang, tak terdengar sedikitpun, karna Kafe sedang agak ramai.
Melihat Juan yang benar-benar tampak tak mengerti, Arvino akhirnya kembali bersuara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Insomnia Kiss (Completed)
ChickLitCerita ini murni fiktif. Jangan lupa tetep Vote komen ya, meskipun ceritanya udah tamat. Thanks! Alric Ganesha Evram, seorang pendiri sekaligus pemilik saham terbesar di Evram Corp, sebuah perusahan yang nyaris bergerak di segala bidang. Kehid...