"." LiMa PuLuH EnAm "."

21 1 0
                                    

Happy Reading






























        Alric tiba di tempat pertemuan. Tak selang lama Vania dan Nala datang. Karna memang sebelumnya Alric sudah mengirim pesan pada Vania, untuk bertemu di Restoran Masakkan Korea, yang berada tepat berhadapan dengan Evram Mall. Jadi Vania dan Nala, cukup menyebrang jalan saja.

     "Maaf sebelumnya. Karna sudah mengambil waktu kalian yang berharga." ucap Alric membuka pembicaraan, setelah Vania dan Nala duduk dengan nyaman. "Jadi gini." Alric mulai menjelaskan, jika selama hampir seminggu ini, Eira menginap di tempatnya. Ia juga meminta maaf pada Vania soal kejadian tempo hari, ataupun kejadian dimobil malam itu, saat ia diam-diam mengecup bibir Vania singkat. Ia juga menjelaskan, jika ia melakukan itu bukan tanpa alasan. Melainkan karna kondisinya, yang akhirnya membuat Vania maupun Nala mengangguk paham, dan justru merasa iba, setelah mendengar apa yang di diderita Alric selama ini.

  Namun di samping itu, baik Vania maupun Nala, kini ikut merasa lega, karna penyakit yang di derita Alric, akhirnya ada penawarnya. Meskipun penawarnya terkesan aneh dan mengada-ngada. Tapi begitulah adanya.

    Tak lupa Alric juga meminta Vania agar tak marah pada Eira, karna itu bukan salah Eira, melainkan salah dirinya sepenuhnya. Ia juga menyampaikan, jika ia sudah melamar Eira. Dan berharap baik Vania maupun Nala bersedia untuk membantunya diam-diam mempersiapkan pernikahannya dengan Eira. Karna sejauh ini, Eira tampaknya masih ragu dengan kesungguhan hatinya. Meski berdasarkan penuturan Vania maupun Nala, Eira begitu menantikan Pangeran Kodoknya yang tak lain ialah dirinya, namun entah kenapa, setiap kali di hadapannya, Eira seakan tak menginginkannya.

    "Tapi Al! Apa Eira sudah tahu tentang kondisimu?" tanya Vania.

   Alric menggeleng. "Belum."

   "Kenapa kamu tidak memberitahunya?" kali ini Nala yang bertanya dengan penasaran.

   "Aku takut, jika hal itu justru membuat Eira menjauhiku. Tapi jujur, jauh sebelum aku mengetahui jika Eira adalah Ilana, Putri Keongku dan juga penawarku. Aku sudah jatuh cinta padanya. Bahkan sejak pandangan pertama, saat ia menjadi kasir di Kafe Arvino. Sejak saat itu, dia benar-benar mengalihkan duniaku dalam sekejap." tutur Alric yang benar adanya.

   Obrolan mereka terus berlanjut, seraya menikmati pesanan mereka masing-masing, hingga terjadi kesepakatan, jika Vania dan Nala bersedia membantu Alric, untuk menyiapkan pesta pernikahan  mereka secara diam-diam, tanpa sepengetahuan Eira.

.Di Tempat Lain

      Eira yang sudah merasa bosan, akhirnya mematikan layar monitor yang tergantung di hadapannya. Namun saat hendak beranjak, kedua netranya tak sengaja melihat benda tipis yang sudah tergeletak selama hampir seminggu di meja yang terletak di sudut ruang tengah, dengan charger yang sudah terlepas.

    "Ya ampun.....!" Eira menepuk kening seraya berjalan untuk memungut ponselnya. "Aku bahkan nyaris lupa, jika aku memilikimu." ujarnya sembari menekan tombol power selama beberapa saat, hingga layar ponsel yang ia genggam menyala.

    Eira kembali duduk, menanti ponselnya siap digunakan. Namun betapa terkejutnya ia, saat mendapati ribuan notifikasi tertera pada layar utama ponselnya. Baik dari Vania, Nala, Arvino, Tio bahkan Juan. Mereka semua mencoba menghubungi dan mengirim pesan untuk Eira, berulang kali selama hampir seminggu, dan jangan ditanyakan lagi, siapa yang paling banyak mengisi daftar itu, karna sudah pasti Arvino, yang selalu begadang setiap malam, hanya untuk mendapat kabar dari Eira.

Insomnia Kiss (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang