"." EnAm PuLuH SaTu "."

33 0 0
                                    

Happy Reading
















































        Eira mulai menyantap pesanannya dengan lahap, setelah menunggu untuk di sajikan selama 30 menit, bersama Arvino.

   Ya, laki-laki yang menabraknya tadi ialah Arvino, yang memang datang untuk mencari Eira, setelah sebelumnya mendapat telepon dari Nala.

FlashBack

   "Halo Vin! Eira disitu gak?"

"Enggak! Emang kenapa?"

   "Kata Alric, di pergi gak pamit. Ini gue sama Vania lagi bantu nyari. Nanti tolong kabarin gue ya, kalo tahu keberadaan Eira."

   "Oke! Siap! Nanti gue kabarin, kalo udah ketemu." Arvino menutup panggilan, dan segera pergi untuk mencari Eira.

   "Mas!! Mau kemana?" teriak Tio saat melihat Arvino yang terburu-buru keluar dari pos kasir.

  "Nyari Eira!" sahutnya sebelum menghilang di telan pintu Kafe, dan segera menggeber kuda besinya, yang terparkir di depan Kafe.

FlashBack Selesai

     "Kenapa lo pergi gak pamit?" tanya Arvino memulai pembicaraan.

   "Ya elah! Gue bukan anak kecil kali Vin! Toh gue pergi juga bukan seharian." jawabnya disela-sela aktivitas makannya. "Ou iya, lo udah baikan sama Nala kan?" alihnya seraya menatap laki-laki di depannya itu.

     "Udah. Gue udah baikkan sama dia, waktu lo kabur kemarin."

    "Heh! Gue gak kabur ya!" sahut Eira dengan nada tak terima.

   "Iya! Iya! Gak kabur. Cuma pergi dari rumah aja, seminggu."

   "Itu kan salah lo! Coba kalo lo gak ngambek! Gak mungkin donk! Gue nginep tempat Alric ampe seminggu, dan berlanjut sampai sekarang."

   "Iya maaf. Tapi ya udahlah, lupain yang telah lalu. Dan gue harap, lo bisa bahagia sama dia, sampai maut yang memisahkan."

   "Ya, semoga."

"Koq gitu jawaban lo?" tanya Arvino dengan tatapan aneh.

    "Udah yuk, ah! Pulang. Gue udah kenyang." alih Eira seraya bangkit, karna enggan menjawab, apa yang kini masih jadi sesuatu yang mengganjal dalam benaknya.

   "Eh! Bentar! Gue belum selesai." ujar Arvino.

  "Lama!" Eira berlalu pergi, yang mau tak mau buat Arvino ikut beranjak.

   "Biar gue aja yang bayar." Arvino menahan tangan Eira, yang tengah mengulurkan kredit cardnya.

   "Ya udah." Eira menurut. Dari pada menolak, yang pasti akan membuat keduanya berdebat.

***

      Sepanjang jalan, Eira hanya menyandarkan kepalanya di punggung Arvino, seraya memeluknya dari belakang, erat.

Insomnia Kiss (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang