Happy Reading
Alric membuka mata perlahan, sebelum bertopang dagu, menatap wajah ayu Eira yang masih terbaring pulas di sampingnya."Kiyowo." gumamnya seraya mengusap lembut pipi Eira. "Kalo dipikir-pikir, kamu spesies langka ya, Na! Di ajak langsung nikah, malah nolak. Sedang wanita lain, baru juga kenalan sama aku. Eh! Udah maksa minta dinikahin aja." ujarnya dengan senyum tipis, sebelum mengecup singkat bibir Eira, dan beranjak membersihkan diri.
.Di Tempat Lain
Vania dan Nala tengah bersiap untuk pergi bekerja. Keduanya memutuskan tidak sarapan, karna hanya akan mengingatkan keduanya pada Eira, yang entah bagaimana kabarnya sekarang.
"Udah yuk!" seru Nala sembari menyampirkan tas slempangnya pada bahu kanan, pun Vania, juga demikian.
"Yuk!"
Keduanya mulai berjalan menyusuri jalanan yang cukup sepi tanpa obrolan sedikitpun, karna sama-sama sibuk dengan rasa bersalah dalam benak mereka masing-masing.
Tiba di halte, keduanya segera menaiki Bus E10, yang kebetulan tengah berhenti, dan segera mendudukkan diri di kursi bagian tengah yang memang masih kosong.
.Di Tempat Lain
Arvino segera beringsut dari ranjang untuk membersihkan diri.
Sedang Tio, ia memilih menyiapkan sarapan untuk ia dan Arvino, yang memang sudah beberapa hari ini tinggal bersama, setelah kepergian Eira.
.Di Sisi Lain
Eira membuka mata perlahan, sebelum duduk bersandar pada headboard untuk memgumpulkan nyawa terlebih dahulu.
"Kamu sudah bangun?" tanya Alric yang duduk di sofa panjang, seraya fokus pada laptop di pangkuannya.
"Eung!" sahutnya.
"Mau sarapan apa?" tanyanya lagi tanpa mengalihkan arah pandang.
"Gampang. Nanti aku buat sendiri aja. Kamu mending fokus sama kerjaanmu aja." jawabnya sebelum beringsut menuju kamar mandi, untuk membersihkan diri.
Mendengar itu, Alric justru menghentikan aktivitasnya dan segera mengejar Eira.
==) Tok tok tok
Eira menyembulkan kepala. "Ada apa?"
Alric mendesah. "Apa kamu marah denganku?" tanyanya yang malah membuat Eira menatap bingung.
"Enggak! Marah kenapa?"
"Tadi kamu--" Alric menjeda ucapannya.
"Tadi kamu apa?"
"Tadi kenapa kamu bilang 'kamu mending fokus sama kerjaanmu aja' gitu?"
"Lha, kan! Kamu emang lagi kerja Sha? Emang salah ya? Kalo aku ngomong gitu?"
"Iya! Salah!"
"Salahnya dimana coba?"
"Salahnya, kenapa kamu gak jawab langsung aja, apa yang ingin kamu makan. Bukan malah memberi jawaban seperti itu, yang justru memiliki kesan, jika aku sering mengabaikanmu, dan hanya fokus dengan pekerjaanku saja. Sedang nyatanya, prioritasku itu kamu." tutur Alric yang akhirnya buat Eira mengalah. Karna entah kenapa, setelah mereka bertukar cincin kemarin, sikap Alric menjadi lebih sensitif dan protektif terhadap Eira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Insomnia Kiss (Completed)
ChickLitCerita ini murni fiktif. Jangan lupa tetep Vote komen ya, meskipun ceritanya udah tamat. Thanks! Alric Ganesha Evram, seorang pendiri sekaligus pemilik saham terbesar di Evram Corp, sebuah perusahan yang nyaris bergerak di segala bidang. Kehid...