"." TiGa PuLuH EmPaT "."

35 2 0
                                    

Happy Reading






























    Eira membuka mata perlahan, sebelum beringsut turun dari ranjang dan bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

.1 Jam Kemudian

     Eira sudah keluar dari kamar mandi dan berganti pakaian. Tak lupa ia juga mengaplikasikan beberapa skincare  pada wajah serta tubuhnya, sebelum melangkah menuju meja makan, yang ternyata sudah kosong. Karna tampaknya Nala dan Vania sudah berangkat terlebih dahulu, melihat beberapa piring dan gelas yang masih tampak basah sehabis dicuci.

   "Huft! Sepertinya aku harus makan sendiri." gumamnya sembari mengambil sereal dan susu cair dari dalam kulkas, untuk sarapannya pagi ini.

  Dengan malas, Eira mulai menikmati sarapannya, sembari mengingat kejadian kemarin.

FlashBack

   Sebelum Alric membuka pintu, Juan dengan sigap segera mendudukkan diri di atas kursi kerjanya, untuk menutupi Eira.

     "Aku seperti mendengar sesuatu." ucap Alric kala menyembulkan kepalanya di pintu.

    "Memang sesuatu yang seperti apa yang Tuan dengar? Aku tampaknya tidak mendengar apapun." ujar Juan berlagak bego.

    "Suara pekikan wanita."

   Juan berpura-pura mengangguk paham. "Ah jadi suara pekikan wanita maksud Tuan?"

   Alric menganggukkan kepala. "Iya. Apa kamu juga dengar?"

    Juan mengulas senyum, sebelum mengucapkan permintaan maaf. "Maaf Tuan, soal itu. Tadi saya tidak sengaja mengakses drakor favorit saya, dan kebetulan pemeran wanita utamanya tengah dikejar-kejar penjahat dan terjatuh, jadi dia memekik kesakitan." terangnya seraya menunjukkan layar monitor dihadapannya, yang tadi dengan secepat kilat ia cari cuplikan drakor yang tengah melakukan adegan seperti yang baru saja ia ceritakan pada Alric, dan beruntung, Alric percaya.

   "Ah! Pantas saja. Aku kira tadi Eira, tapi ternyata halusinasiku saja." ucapnya sembari tersenyum kecut, dan berniat menutup kembali pintu ruangannya. Namun kalimat Juan menahannya.

    "Kenapa Tuan tidak menemuinya saja? Jika sedemikian merindukannya?"

   "Karna aku tak ingin membuatnya merasa tak nyaman, dengan kehadiranku."

    "Tapi-- bukankah Tuan bisa menatapnya dari jauh saja?"

   "Ah iya. Kau benar." seringai Alric sebelum bergegas memunguti kunci, dan ponselnya yang tadi ia letakkan di atas meja kerjanya. "Aku pergi dulu ya!" pamitnya dengan rona wajah bahagia, yang tentu Eira lihat dengan jelas dari kolong meja.

  "Hati-hati."

"Eung!" sahut Alric seraya melambai.

   "Huft! Untung aja gak ketahuan." hela Eira setelah berhasil mendudukkan diri diatas kursi kerja Juan, sesaat setelah Juan berdiri dan mempersilahkan Eira untuk keluar.

   "Kenapa kamu menghindarinya?" tatap Juan setelah memastikan Alric sudah menaiki lift.

   "Aku? Menghindarinya? Enggak!"

"Jika kamu tidak menghindarinya, lantas kenapa kamu meski repot-repot bersembunyi coba! Hem?"

     "Itu... Em... karna-- ah sudahlah. Pekerjaanku sudah selesai, aku mau pulang saja." ujar Eira seraya beranjak dari duduknya, setelah menyampirkan tas slempang biru dibahu kanan.

Insomnia Kiss (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang