"." EnAm PuLuH "."

37 0 0
                                    

Happy Reading







































        Sebulan sudah Alric melalui hari-hari super duper sibuknya, dengan berangkat pagi-pagi sekali dan pulang larut, untuk mengurus pekerjaan sekaligus persiapan pernikahnnya, yang sudah siap 99℅, karna 1℅ nya ialah belum memberitahu Eira.

    "Gimana? Apa Ilana merasa curiga?" tanya Alric pada Vania dan Nala, yang kini sudah mendudukkan diri di sofa panjang ruangannya. Sedang dirinya, duduk di single sofa.

   "Kayanya enggak sih, Al! Dia kan terlalu polos, jadi pas aku bilang, ada pelanggan toko yang minta tolong pilihin gaun pengantin, Eira percaya aja." jawab Vania.

"Astaga! Ternyata sepolos itu Putri Keongku." ucap Alric sembari tersenyum kecil. "Tapi apa Ilana sudah menentukan pilihannya?"

    "Eira terlihat bingung menentukan pilihannya." Kali ini Nala yang menjawab. "Tapi kamu juga bisa menilainya sendiri Al! Mana yang kira-kira cocok buat Eira. Sesuai foto yang sudah kita ambil."

   "Aku sendiri justru lebih bingung, karna semuanya tampak cantik dan berkelas, saat Ilana yang mengenakannya." ucap Alric yang jujur adanya, seraya menggeser layar IPad di tangannya. "Tapi ya udah, Terimakasih atas kerja keras kalian selama sebulan ini. Aku pasti tidak akan melupakan jasa kalian. Dan sampai jumpa di hari H." ujarnya setelah berdiri dan meletakkan IPad diatas meja, sebelum mengulurkan tangan untuk berjabat.

    "Sama-sama Al!" sahut keduanya saat menjabat tangan.

   "Kami permisi dulu ya!" ucap Vania melangkah keluar terlebih dahulu.

   "Iya hati-hati. Maaf tidak bisa mengantar."

  "Gapapa Al!" sahut Vania dan Nala sebelum menutup pintu rapat, yang ternyata sudah di tunggu Juan, diruangannya, dengan 2 paperbag jumbo untuk Vania dan Nala, sebagai ucapan terimakasih, karna telah membantu.

   "Tolong di terima ya, Nona Vania dan Nona Nala." ucap Juan sembari mengulurkan paperbagnya satu persatu.

   "Apa ini?" tanya Vania seraya melihat isi paperbag.

  "Hanya bingkisan kecil, sebagai tanda terimakasih, dari Tuan Alric." terangnya yang seketika buat Vania dan Nala mengangguk paham.

   "Baiklah. Tolong sampaikan rasa terimakasih kami pada Tuan Alric ya. Atas bingkisannya. Dan tolong sampaikan juga, lain kali tidak perlu repot-repot seperti ini, karna mulai  sekarang kita akan menjadi keluarga." pesan Vania sebelum membungkuk sopan undur diri bersama Nala. "Mari!"

   "Iya. Hati-hati."

.Di Tempat Lain

      Eira tampak merasa bosan, dengan aktivitasnya selama sebulan ini. Karna ia nyaris tak melakukan apapun, selain memainkan ponsel dan menonton TV saja. Iya bahkan hampir lupa dengan wajah Alric, yang selama sebulan ini hanya ia lihat beberapa kali saja, karna kesibukkan Alric, yang selalu berangkat pagi buta, dan pulang larut.

    "Ini bahkan baru sebulan, Alric sibuk dengan pekerjaannya, tapi aku sudah merasa bosan. Lalu bagaimana jika kita sudah menikah nanti, dan berlangsung selama bertahun-tahun? Akankah aku sanggup menjalaninya? Atau lebih baik aku mengakhirinya sekarang? Toh kita berdua masih sama-sama utuh, belum melakukan apapun, selain ciuman. Jadi seharusnya tidak masalah." guman Eira seraya duduk bersila memangku bantal di sofa panjang ruang tengah, sembari mempertimbangkan ucapannya barusan.

Insomnia Kiss (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang