"." LiMa PuLuH EmPaT "."

20 1 0
                                    

Happy Reading


















          Eira mulai membuka mata perlahan, seraya mengendus-endus aroma masakkan yang begitu samar, namun sangat menggiurkan lidah.

   "Huft! Dia bahkan pandai memasak." keluhnya setelah membuka mata dengan sempurna, dan beringsut menuju kamar mandi, untuk membersihkan diri.

.1 Jam Kemudian

      Eira keluar dari kamar mandi seraya mengenakan bathrobe untuk membalut tubuh polosnya. Tak lupa, ia juga membungkus kepalanya dengan handuk.

  "Ughhh... Segarnya." gumam Eira sebelum mendudukkan diri di depan meja rias, yang kini sudah terisi berbagai produk skincare favoritnya. Setelah seharian kemarin ia keluar masuk ke berbagai toko bersama Alric, untuk mencari serta membeli berbagai kebutuhannya.

   Awalnya, Alric mengajak Eira pergi ke toko-toko langganannya, namun sayang, Eira tidak merasa tertarik sedikitpun. Karna Eira memang tak pernah memakai produk kalangan atas, jadi ia takut, jika kulitnya tidak cocok, dan malah buang-buang duit saja.

   Alhasil, mau tak mau, Alric mengikuti saja, kemanapun Eira pergi.

   Tapi, jika masalah pakaian, Eira terpaksa menurut pada Alric, karna semua pakaian yang Alric pilihkan, memang nomer wahid secara kwalitas, sehingga sangat nyaman untuk dikenakan.

   "Selesai." ujar Eira setelah mengeringkan rambut serta mengaplikasikan berbagai skincare pada tubuh dan wajahnya. Sebelum bergegas turun untuk sarapan.

.Di Tempat Lain

      Vania, Nala, Tio dan Arvino tampak duduk murung di meja makan, seraya menopang dagu di atas meja.

   "Eira kemana ya." gumam Nala dengan nada lesu. Karna seharian kemarin, pencarian mereka tak menghasilkan apapun.

   Bahkan makanan yang sudah Vania sajikan, terpaksa mereka makan sendiri, bersama Tio dan Arvino, yang semalam memutuskan menginap di kediaman mereka, karna berharap malam-malam Eira akan pulang.

    "Gue gak bakal bisa maafin diri gue sendiri, kalo sampe terjadi sesuatu sama Eira." ucap Vania penuh sesal, yang semakin buat Arvino juga merasa bersalah, karna tak seharusnya ia bersikap demikian pada Eira.

    "Udahlah! Kita pikirin nanti lagi. Kalian bakal telat kerja, kalo kaya gini terus." ujar Arvino memilih bangkit, karna mau bagaimanapun, nasi sudah jadi bubur. Yang terjadi, tak bisa diubah, dan hanya bisa diterima sebagai pelajaran yang berharga.

.Di Sisi Lain

        Eira sudah mendudukkan diri di ruang makan, ia tanpa babibu langsung menyantap sarapannya hingga tandas.

    Alric yang melihatnya, hanya tersenyum kecil.

    "Laper apa doyan Mbak?!" godanya seraya menyelipkan anak rambut Eira ke belakang telinga.

   "Dua-duanya pak. Ya laper, ya doyan." sahutnya tanpa menoleh.

   "Nanti kamu ikut ke kantor kan?" tanya Alric yang justru sukses mengalihkan perhatian Eira dari makanannya.

   "Boleh gak! Kalo aku dirumah aja Sha?"

    "Baiklah. Asal kamu bahagia." jawab Alric. "Tapi inget! Jangan melakukan pekerjaan rumah, Oke! Karna kamu sekarang sudah bukan pekerja lagi disini. Melainkan Tuan rumah. Mengerti!" ujarnya yang justru buat wanita yang mengenakan atasan lengan panjang putih, yang di padu dengan rok pendek hitam itu, menatap bingung.

Insomnia Kiss (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang