"." LiMa PuLuH TiGa "."

23 1 0
                                    

Happy Reading

























         Arvino mulai menghubungi beberapa teman Eira semasa SMA maupun Kuliah, sembari terus melajukan mobilnya, menuju tempat yang biasa Eira kunjungi di kala sedih, kolong Jembatan. Dimana dirinya dan Eira dulu sering menghabiskan waktu bersama, sampai-sampai Nenek Eira maupun kedua orang tuanya, kelimpungan mencari mereka.

    Sedang Tio, ia segera bergegas mengunjungi tempat-tempat yang di sebutkan Arvino, sebelum ia pergi.

.Di Tempat Lain

     Alric dan Eira akhirnya tiba di Penthouse dan segera membanting diri di atas sofa panjang ruang tengah, setelah Alric meletakkan beberapa paper bag jumbo di atas meja kaca depannya.

   "Uhh..! Melelahkan sekali." keluh Eira.

"Mau aku pijitin?" tawar Alric yang justru buat Eira bergeser, untuk menjaga jarak. "Kenapa?"

  "Gak perlu Sha! Makasih. Kamu sendiri pasti juga lelah." tolak Eira halus. Karna sejatinya, ia cukup takut, apa yang mereka lakukan berujung pada hal yang tidak diinginkan, meskipun mereka sudah sama-sama dewasa. Tapi tidak ada salahnya untuk lebih waspada.

"Enggak koq! Aku gak merasa lelah." kata Alric segera mendekat dan mengulurkan kedua tangannya pada bahu Eira.

    Eira yang mendapat pijitan dari Alric, seketika menggeliat geli, karna memang tidak biasa di pijit.

    "STOP SHA! Aku gak nahan gelinya." ucap Eira seraya bangkit, setelah bulu kudunya meremang.

    "Koq geli sih! Bukannya enak ya?" Alric menatap aneh pada Eira.

   "Aku kan gak biasa dipijit Sha." akunya sebelum mendudukkan diri kembali, dengan raut cemberut.

    "Ouh! Pantesan." Alric mengangguk mengerti. "Ou iya Na! Bagaimana kalo kita tata semua pakaianmu yang baru kita beli kedalam lemari?"

   "Lemari mana?" Eira menatap bingung.

   "Mulai sekarang, kamar itu milikmu. Dan setelah menikah nanti, kamu harus pindah ke kamarku. Mengerti!" ucap Alric yang justru di tanggapi Eira dengan kalimat yang tanpa sadar mengundang rasa geram dari Alric, hingga Alric nyaris saja melakukan hal yang tadi pagi hampir ia lakukan juga.

   "Siapa bilang aku akan menikah denganmu? Sepertinya Fian jauh lebih menggemaskan darinpada kamu." ujarnya seraya mengulas senyum saat mengingat kembali kelakuan Fian di bandara, yang sukses buat Alric mendecak kesal. "Akh!!" Eira memekik kesakitan saat punggungnya beradu dengan bahu sofa, akibat dorongan yang Alric lakukan,  seraya mencengkeram kuat kedua lengan atas Eira.

     "Maksud kamu apa Na?" tatap Alric yang buat Eira seketika tersadar, jika yang ia hadapi bukan Arvino, tapi Alric.

   "Ah maaf. Bukan gitu Sha! Maksudku." Eira berusaha mendudukkan diri, supaya bisa berbicara dengan rileks, namun Alric tak membiarkannya. "Sungguh Sha! Bukan gitu maksudku."

    "LALU?!"

Bukannya menjawab, Eira justru terdiam, karna ia sendiri bingung, harus menjelaskan bagaimana.

Insomnia Kiss (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang