"." Dua PuLuh TiGa "."

35 2 0
                                    

Happy Reading


























      Juan tengah mondar mandir sendiri di halte Cempaka, seraya menatap jam tangan dan jalanan tempat ia dan Eira semalam berpisah, secara bergantian.  "Apa dia masih lama?" gumamnya dengan raut harap-harap cemas.

.Di Tempat Lain

   Eira masih menatap tak percaya, pada laki-laki yang kini masih mendekap dan menatap cemas padanya. "Kamu gapapa?"

    "Ah! Iya. Aku tidak apa-apa." sahut Eira setelah berhasil menguasai dan melepaskan diri dari Alric.

   "Benarkah?" tanya Alric seraya maju satu langkah, untuk memeriksa kondisi Eira, yang tampak tak baik-baik saja. Namun sayang, Eira justru tampak ketakutan dan segera memundurkan diri, hingga membuat Alric seketika memundurkan diri kembali, agar tak membuat Eira merasa tak nyaman. "Maaf. Aku hanya khawatir. Semoga harimu menyenangkan." ucap Alric sebelum memilih pergi.

    Melihat itu, Eira merasa bersalah, meski ia enggan menahan Alric, seperti sebelum-sebelumnya. Karna biar bagaimanapun, kini ia sudah paham, apa yang dimaksud Cyra saat di Lift kala itu. Meski Cyra sendiri tak berharap, jika Eira dan Alric pernah tidur bersama.

    "Maaf. Jika aku terlalu jahat. Tapi jujur, aku tak bisa menerima kebaikanmu, Tuan. Kenapa? Karna aku sungguh tidak sanggup, jika ada orang yang memandangku demikian lagi. Sedang aku-- aku bahkan tidak pernah berkencan dengan lelaki manapun. Pernah berciuman-- itu saja diluar kuasaku." ucap Eira seraya menatap punggung Alric yang kian memudar dari pandangannya.

.Sesaat Kemudian

   Eira menepuk keningnya, sebelum berlari menuju halte, seraya menggerutu. "ASTAGA! Juan menungguku. Dasar Eira bodoh!! Bagaimana bisa kamu melupakan hal itu.....!"

.Di Sisi Lain

     Juan semakin gusar karna Eira tak kunjung datang, bahkan pesan yang ia kirim sejak 30 menit lalu juga belum terbaca, apa lagi dibalas.

Juan : Apa terjadi sesuatu?

  "Astaga! Haruskah aku menyusulnya?" fikir Juan, segera memasukkan ponselnya kedalam saku jas, sebelum bergegas menyusul Eira, namun yang hendak disusul akhirnya tiba, dengan nafas terengah-engah.

   "Maaf, sudah membuatmu menunggu terlalu lama." ucapnya sembari menetralkan nafasnya.

     Melihat kondisi Eira yang demikian, Juan tampak khawatir dan segera mendudukkan Eira di bangku Halte. Sedang ia, memilih berdiri dengan menekuk satu lutut di depan Eira, sembari mencengkram lengan atas dan menatap lekat-lekat wajah ayu Eira, yang akhir-akhir ini memenuhi hari-harinya.

   "Apa terjadi sesuatu?" tanyanya yang hanya mendapat gelengan dari Eira. "Apa ada yang mengejarmu?" lagi-lagi Eira hanya menggelengkan kepala. "Lalu kenapa kamu berlari?"

   "Karna aku tidak enak, membuatmu menunggu lama." jujur Eira yang seketika buat Juan tersenyum kecil. "Apa ada yang lucu?" tatap Eira yang tampak merasa tersinggung, dengan reaksi Juan yang demikian.

    "Tidak! Hanya saja, lain kali, kamu tidak perlu berlari. Karna aku bersedia  menunggumu, selama apapun itu."

   Mendengar itu, kini giliran Eira yang tersenyum kecil.

Insomnia Kiss (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang