"." Dua PuLuh Dua "."

44 2 0
                                    

Happy Reading





























        Malam ini, Alric memilih menghabiskan malamnya dikantor, karna pulangpun, ia juga tak akan bisa tidur, meski sejenak, setelah apa yang ia lihat barusan.

   "Astaga! Apa dia juga menyukainya?" gumam Alric seraya melepas mouse dari tangannya, sebelum merilekskan tubuhnya pada sandaran kursi kerja.

FlashBack

   Setelah Alric mempertajam penglihatannya, ia sangat terkejut, dengan laki-laki yang mengejar dan menahan lengan Eira, yang tak lain tak bukan ialah Juan, Sekertarisnya sendiri.

   "Hah? Apa yang dia lakukan?" tanya Alric sendiri, sembari terus menatap keduanya dari jauh, yang tampak  berbincang dengan akrab, bahkan Alric mengawasi keduanya hingga keduanya saling melambai untuk berpisah.

   Sedang Vania dan Nala, keduanya memilih berjalan terlebih dahulu, meninggalkan Juan dan Eira.

FlashBack Selesai

    "Huft! Sepertinya aku harus mencari tahunya sendiri." ujarnya sebelum memejamkan mata, untuk mengistirahatkannya sejenak, meski bukan tidur.



~ ~ ~





       Pagi ini, seperti biasa, Eira, Vania dan Nala secara bergantian membersihkan diri, dan segera menyiapkan sarapan untuk makan bersama.

    "Woah....! Mantap jiwa." ujar Nala saat mendudukkan diri.

    "Semalam, kita udah terlalu kenyang. Jadi ya udah, gue panasin aja buat sarapan. Kan sayang kalo dibuang." ujar Eira seraya meletakkan piring-piring yang sudah ia isi nasi dari rice cooker di depan para sahabatnya.

    "Maksud lo? Ini yang dari Juan semalam?" tatap Vania tampak tak percaya.

    "Eung!" angguk Eira sembari mendudukkan diri, sebelum menikmati sarapannya, yang bisa di bilang mewah itu.

FlashBack

     "Nona Eira, Tunggu!" panggil Juan seraya berlari kecil mengejar Eira, yang terlihat tak mendengar panggilannya, karna terlalu asyik bersendau gurau dengan kedua sahabatnya. "Nona Eira, Tunggu!" panggilnya lagi sembari menahan lengan Eira, yang seketika membuat wanita berbaju putih berbalut blazer hitam dan celana panjang warna senada itu, menoleh.

    "Tuan!" tatap Eira agak terkejut dengan perlakuan Juan, yang tak biasa.

    "Ya udah, kita duluan ya Ra!" pamit Nala, sembari menarik paksa Vania, yang tampak enggan menjauh.

   "Ah iya, Nal! Ntar gue nyusul." sahutnya melambai, sebelum kembali menatap laki-laki yang masih mengenakan setelan kerjanya tersebut. "Tuan! Ada apa?"

    "Panggil saja Juan. Jangan Tuan." pintanya seraya mengulas senyum.

  Mendengar itu, Eira justru menanggapinya dengan tertawa kecil, yang buat Juan seketika terkekeh.  "Bagaimana mungkin aku manggil Juan. Sedang Tuan masih memanggilku Nona?"

   "Hahaha, Kamu benar. Tapi-- apa tidak masalah, jika aku memanggilmu Eira saja.?" tanyanya dengan tatapan ragu.

   "Tentu saja tidak masalah. Memang kenapa?"

   "Tidak! Aku hanya takut, jika akan ada yang marah." ujarnya yang justru membuat Eira menatap penuh tanya.

    "Apa tidak sebaliknya ya? Maksudku, mungkin akan ada yang marah, jika aku memanggilmu dengan sebutan Juan saja, tanpa embel-embel apapun?."

Insomnia Kiss (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang