"." EnaAm PuLuH EmPaT "."

5 1 0
                                    

Happy Reading





















Bab Terakhir

         Vania dan Nala tiba di dalam Kafe dengan nafas terengah-engah, sebelum berebut memeluk Eira, yang kini berdiri merentangkan tangan untuk keduanya.

    "Gue kangen sama elo Ra." kata Vania dan Nala sembari menitikan air mata.

   "Gue juga girls. Kangen sama kalian." balas Eira seraya mengusap punggung kedua sahabatnya, sebelum merenggangkan dan mengajak duduk.

"Vin! Lo bangun gih! Gue mau kangen-kangenan sama mereka." ujar Eira yang seketika buat Arvino mendengus sebal, namun tetap menurut dan menarik kursi lain. Agar tetap berada satu meja dengan mereka.

   "Gue kan juga kangen sama lo. Gak dipikirin juga? Jahat!" ucap Arvino setelah mendudukkan diri.

     "Tio! Mbak Vania biasa ya!" ucapnya seraya melambai pada Tio, yang tengah berdiri di posnya. Begitupun Nala.

   "Siap Mbak! Mohon ditunggu."

   "Oke Yo. Tapi GPL ya!" ujar Vania yang hanya mendapat senyuman dari Tio, sebelum memulai obrolan, sebagai pelepas rindu terhadap Eira.

   "Monggo Mbak." Tio menyuguhkan pesanan Vania dan Nala, setelah 15 menit kemudian.

.Sesaat Kemudian

   Terdengar sebuah dentingan, yang menunjukkan, jika pintu Kafe sedang dibuka.

"Selamat datang di Kaf--" Tio tak melanjutkan ucapannya. Tio justru terdiam, menatap pelanggan yang tengah mengedarkan pandangannya, sebelum mengulas senyum, saat menemukan yang ia cari. Hingga membuat para pengunjung lain mengikuti arah pandangnya.

    "Astaga! Bukankah dia pemilik Evram Corp?" Kara menatap kagum, akan pesona Alric, begitupun kedua sahabatnya.

   "Iya. Dia Alric Ganesha Evram." sahut Geisha dengan suara lirih, atau lebih seperti bisikkan.

    "Eh! Eh! Eh! Dia jalan kesini girls! Mau ngapain tuh?! Nyamperin gue ya?!" ujar Shana tak kalah lirih.

   "Bukan elo. Tapi gue." kata Kara pelan.

"Heh! Bukannya elo Mas Vino?" Shana mengingatkan.

    "Mas Vino gak peka. Jadi ganti aja." sahut Kara sembari melirik Arvino, yang terlihat sebal melihat kedatangan Alric.

   "Hai semua." Alric menyapa.

"Hai juga."

"Boleh gabungkah?" tanya Alric ragu, namun para wanita yang tengah duduk, jelas mengangguk serempak.

   "Boleh. Boleh. Silakan!"

"Terimakasih." ucap Alric seraya mengulas senyum, sebelum mendudukkan diri di atas kursi yang baru ia tarik di dekat Nala. "Apa ada yang salah dengan wajahku?" tanyanya saat mendapati tatapan tak berkedip dari Kara, Geisha dan Shana.

    "Ah tidak. Hanya saja--" Kara menjeda ucapannya, setelah sebelumnya berhasil menguasai diri, agar tak terlihat norak. "Ternyata Tuan lebih tampan, jika dilihat langsung." ucapnya malu-malu.

Insomnia Kiss (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang