"." EmPaT PuLuH TuJuH "."

24 1 0
                                    

Happy Reading






































        Eira baru selesai membersihkan diri, dan kini tengah duduk di kursi riasnya, untuk mengaplikasikan berbagai skincare pada wajah sekaligus badannya.

   "Apa yang harus ku lakukan setelah ini?" gumamnya setelah selesai dengan aktivitas di meja rias, dan beranjak menuju dapur, untuk mengambil minuman kaleng pelepas dahaganya.

==) Glek Glek Glek

    "Uuhhh... Segar sekali." ucap Eira setelah menyeka bibirnya, menggunakan punggung tangan. "Sepertinya aku harus pergi belanja." ujarnya setelah melihat isi kulkas sudah menipis.

   Eira segera berganti pakaian dan berjalan menuju halte.

   Sesampainya di halte, Eira langsung menaiki Bus jurusan Evram Mall, yang kebetulan tiba.

   Eira segera mendudukkan diri di bangku tengah dekat jendela, karna memang hanya kursi itu dan sebelahnya yang kosong.

   Tak lama kemudian, tepatnya di halte berikutnya, seorang penumpang laki-laki naik dan segera mendudukkan diri di dekat Eira, yang tak lain adalah Tio.

   "Mbak Eira!" panggilnya.

Merasa namanya dipanggil, Eira menoleh, sebelum mengulas senyum pada laki-laki yang memanggilnya itu. "Tio."

   "Iya Mbak." jawabnya seraya mengulas senyum.

"Emang kamu tinggal di deket sini Yo?"

   "Enggak Mbak! Kebetulan semalem nonton bola bareng di tempat Mas Arvino. Karna udah malem, jadi sekalian nginep aja."

   "Ou gitu. Mbak kira, kamu tinggal di dekat situ."

   "Enggak Mbak. Tapi-- emang kenapa kalo misal Tio tinggal didekat situ Mbak?"

   "Ya gapapa sih! Cuman, koq gak pernah main kerumah, padahal deket."

   "Emang boleh ya Mbak? Kalo misal Tio sering main kerumah Mbak?" tanyanya yang entah kenapa justru buat Eira menatap terkejut.

   "Lho! Ya jelas bolehlah Yo! Emang siapa yang ngelarang?"

    "Ya kali, pacar Mbak!"

  Mendengar itu, Eira terkekeh, meski tidak kencang, karna memang sedang berada di transportasi umum, jadi ia menahan diri.

   "Kan udah dibilangin, kalo Mbak jomblo. Jomblo kuadrat pula. Ngenes kan! Padahal udah hampir kepala 3, tapi Mbak masih sendiri aja." ujarnya masih dengan kekehan.

   "Bagaimana kalo--" ucapan Tio terhenti, karna Eira sudah menekan tombol merah di dekat jendela, yang berarti ia akan turun.

   "Bagaimana kalo apa Yo?" tanyanya setelah berdiri. "Eh Yo! Kamu juga turun kan?!"

   "Ah iya Mbak! Tio juga turun." sahutnya segera berdiri dan mengantri di pintu belakang. "Mbak! Lupain aja ucapan Tio barusan ya!" ucapnya setelah turun dari bus.

   "Kenapa?"

"Tio udah lupa Mbak!" kekehnya sebelum melambai pergi. "Duluan ya!"

Insomnia Kiss (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang