"." EmPaT PuLuH EnAm "."

22 1 0
                                    

Happy Reading












    

       Eira menatap Nala dengan khawatir, sebelum beranjak mendekat, karna kini Nala sudah terduduk diatas lantai.

   "Nal! Ini gak seperti yang elo bayangin. Gue sama Vino cuma temen koq! Sungguh!" ucap Eira hendak memeluk Nala, untuk menenangkan. Namun sayang, Nala menolak, dan justru mengusirnya.

  "PERGI LO, RA? GUE GAK BUTUH TEMEN KAYA LO!!"

   "Tolong dengerin penjelasan gue dulu, Nal!" mohon Eira.

     Arvino yang melihat dan mendengar itu, merasa terkejut sekaligus kesal. Ia terkejut, karna  Nala menyukainya. Dan ia kesal, karna menurutnya, penyebab Eira tak mau menerima cintanya, ialah perasaan Nala.

   "Ouh! Jadi gara-gara elo, Nal! Eira selalu nolak gue?! Jahat lo ya, Nal! EGOIS!!" decaknya sebelum bergegas pergi.

   "Eh Vin! Koq gitu?" tatap Eira yang justru merasa bingung dengan reaksi Arvino yang demikian. Ingin ia mengejar Arvino, tapi ia tak tega meninggalkan Nala sendiri, yang tangisnya kini semakin menjadi. "Udah ya, Nal! Jangan dengerin omongan Vino. Dia emang lagi agak emosian, akhir-akhir ini." ucapnya seraya memeluk Nala dari samping, yang kini tak menolaknya, dan balas memeluk tangannya yang melingkar di depan dada Nala.

     Setelah melihat Nala sedikit lebih tenang, Eira segera menyuruh Nala untuk membersihkan diri terlebih dahulu, kemudian mengisi perutnya, yang mungkin keroncongan, setelah seharian bekerja, agar nanti fikirannya lebih fresh dan bisa diajak bicara dengan baik.

  "Mandi dulu gih! Terus makan. Gue pengen cerita sesuatu sama lo, sebelum gue cerita sama Vania." ujarnya yang buat Nala mengangguk patuh, dan segera bergegas.

.Beberapa Saat Kemudian

    Nala sudah selesai, dan kini duduk diatas kapet ruang tengah bersama Eira, untuk menonton TV,  sembari bercerita, mengenai kebohongan Vania, siapa sebenarnya Alric, tak lupa tentang hubungannya dengan Arvino, yang tak pernah lebih dari seorang teman.

    "Hah? Lo serius Ra?! Gue gak salah dengerkan?! Kalo Vania ngelakuin itu?" tatap Nala dengan raut tak percaya.

    "Gue sendiri ragu Nal! Tapi buat apa Alric bicara bohong? Sedangkan Alric sendiri gak tahu, keberadaan gue di kolong meja kerjanya. Berarti dia jujur donk!" ujarnya.

    "Tapi kenapa ya, Ra! Vania harus ngelakuin itu? Kenapa juga, dia harus ngarang cerita hampir setiap malam soal kencannya dengan Alric? Bahkan dia juga rela buang-buang duit buat traktir kita, sebagai pajak jadian?"

    "Entahlah Nal! Cuma Vania yang tahu alasannya kenapa."

   "Apa jangan-jangan--" ucapan Nala terhenti, dan mereka saling menatap satu sama lain.

   "Bisa jadi. Karna pesona Alric memang tak terbantahkan." ucap Eira yang mengerti maksud Nala, meski hanya dengan saling menatap satu sama lain.

   Mendengar pengakuan Eira, Nala seketika menggoda, seraya menyikut pinggang Eira.

    "Cie....! Sejak kapan nih! Menjadi pengagum rahasia Alric. Hem?"

Insomnia Kiss (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang