"." TiGa PuLuH SemBiLaN "."

30 2 0
                                    

Happy Reading













          Dengan takut, Eira memeluk kedua lututnya erat-erat, sembari membenamkan wajahnya, diantara kedua lutut. *Astaga! Ku mohon jangan! Ku mohon..! Jangan biarkan aku ketahuan.* harapnya dalam hati.

  Disisi lain, Alric dan Juan mulai berjalan mendekat dengan langkah yang nyaris tak terdengar. Namun saat Alric  hendak menunduk, Juan menahannya.

    "Tunggu! Sebaiknya, kita lapor keamanan saja Tuan. Aku takut, jika itu penyusup."

    "Hah? Tidak perlu!" tolak Alric. "Karna aku yakin, dia hanya sendiri, dan kita berdua. Jadi, harusnya kita bisa melumpuhkannya." ujarnya sebelum kembali menunduk untuk melongok. Namun lagi-lagi, Juan menahannya.

   "Bagaimana kalo dia membawa senjata?" ucapnya yang seketika buat Alric greget.

    "Jika begitu. Bukankah seharusnya Alarm di pintu ruanganmu berbunyi.?"

   "Ah! Benar juga. Tapi--" Juan menjeda ucapannya. "Bagaimana jika Alarmnya sedang error, sehingga tak bisa mendeteksi?"

    "Tapi apa kau lupa, pintu ruanganku tak bisa diakses sembarang orang! Hah?" tatap Alric, sedikit jengkel.

   "Ah iya! Tuan benar." kekeh Juan merasa konyol sekaligus malu.

   Di lain sisi, Eira yang mendengar perdebatan Juan dan Alric, tak mau menyia-nyiakan kesempatannya, untuk bisa keluar dari kolong meja kerja Alric, menuju sisi kiri meja Alric, agar tak tertangkap basah, jika ia mendengar segala percakapan keduanya.

   Dengan hati-hati, Eira keluar dari kolong meja, sembari menatap punggung Alric, takut-takut jika laki-laki jangkung itu, tiba-tiba menoleh. *Slamet.* batin Eira seraya mengusap dada, setelah berhasil berpindah tempat.

   Di sisi lain, Alric kembali menundukkan kepalanya dengan hati-hati, dan......  Tak ada apapun.

   "Tidak ada apa-apa." ucapnya yang buat Juan menatap tak percaya, hingga melakukan pengecekkan sendiri.

   "Benar! Tidak ada apapun." kata Juan setelah melongok sendiri. "Lalu tadi apa ya?" tatapnya pada Alric, yang hanya memberi kedikan kedua bahu.

    "Baiklah. Mari kita kembali bekerja." ujar Alric sebelum mendudukkan diri di kursi kerjanya.

  Namun belum sempat Alric mendudukan diri, ucapan Juan berikutnya membuat Alric seketika menepuk kening dan mengurungkan niatnya untuk duduk.

    "Tapi Tuan! Tuan ada pertemuan dengan investor asing, 30 menit lagi."

   "Ah! Benar! Nyaris saja lupa. Padahal aku sudah berjanji akan menjemputnya di bandara. Ayo!" seru Alric bergegas memimpin jalan.

    Eira yang mendengarnya, jelas merasa lega.

     "Ah syukurlah." hela Eira penuh kelegaan, sesaat setelah berdiri dari samping meja Alric, seraya mengusap dada, yang sejak tadi berpacu bak genderang mau perang. "Baiklah! Mari kita segera selesaikan tugas Negara." ucapnya dengan semangat kemerdekaan.

.Di Tempat Lain

      Vania sedang berbincang ria di pos kasir, bersama para rekannya, sembari menunggu kedatangan para pelanggan.

Insomnia Kiss (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang