"." EmPaT PuLuH EmPaT "."

23 1 0
                                    

Happy Reading















      Vania tengah duduk sendiri di salah satu meja Restoran yang berada di dekat jendela. Ia mencoba menghubungi Alric, untuk mengajaknya makan siang bersama. Karna entah kenapa, ia tiba-tiba merindukan saat-saat Alric memperlakukannya dengan istimewa. Ya meskipun, tak seharusnya ia mendapat perlakuan demikian dari Alric, karna nyatanya, Alric bersikap demikian bukan tanpa alasan. Alric memperlakukannya dengan istimewa, karna mengira, jika ia adalah wanita di malam itu. Wanita yang berhasil membuatnya jatuh cinta, tanpa mengenali wajahnya sekalipun.

    "Tapi-- haruskah aku memberitahu Alric dengan jujur, jika Eira lah yang sebenarnya mengirim cerita itu? Kali saja memang Eira wanita dimalam itu. Meski gak menutup kemungkinan, jika itu adalah wanita lain. Karna baik Eira ataupun Alric, tampaknya tidak saling mengenali." gumam Vania seraya berfikir sejenak, sebelum mengetik pesan singkat untuk Alric. "Lalu-- bagaimana aku akan menjelaskannya pada Eira ya? Jika aku dan Alric sebenarnya tidak memiliki hubungan apapun." gumamnya lagi sebelum kembali tenggelam dalam lamunannya, hingga lupa, jika ia hendak mengirim pesan untuk Alric.

.Di Tempat Lain

      Alric tengah menyeka kedua pipi Eira dengan ujung ibu jarinya, seraya menatap dan tersenyum kecil.

   "Baru juga motong sebentar, Na! Masa udah nangis aja, sih!" cibir Alric yang seketika buat Eira mendecak kesal.

    "Coba kalo yang dipotong itu daging! Mau sejam juga gak bakal nangis aku SHA!" ucap Eira kembali memotong bawang bombay di hadapannya. Namun Alric segera mengambil alih kembali pekerjaannya itu, dan menyuruh Eira untuk memotong daging saja, sesuai keinginannya.

   "Biar aku saja. Kamu yang motong daging gih!."

   "Hah? Seriusan?" Eira menatap dengan raut senang, terlebih setelah Alric menganggukinya seraya mengulas senyum manis.

"Eung! Seriusan donk. Masa bohong sih!"

    "Yes! Asyik!" seru Eira sebelum mengeksekusi daging, namun rautnya seketika berubah bingung, tatkala menatap daging di hadapannya. "Eh! Tapi Sha! Ini mau dipotong model gimana, ya?" tatapnya lagi, pada laki-laki yang berdiri tepat di sebelahnya.

   Bukannya menjawab, Alric justru langsung memegang dan menuntun kedua tangan Eira, sembari meletakkan dagunya dibahu kiri Eira, hingga membuat Eira melayangkan protes.

   "Sha! Kamu kan bisa ngasih contoh aja! Gak perlu kaya gini juga kali." ucapnya.

   "Kalo cuma ngasih contoh, gak romantis donk! Ilana sayang...." sahut Alric seraya fokus dengan pisau dan daging yang berada di kedua tangan mereka.

   "Dih! Apaan sih! Bos sama pekerja tu gak boleh romantis-romantisan lho ya! Di jam kerja." peringat Eira yang seketika buat Alric melepaskan kedua tangannya, dan beralih mencengkram lengan atas Eira setelah membalikkan badan Eira, hingga membuat keduanya saling beradu pandang. "Kenapa?" tanyanya dengan tatapan bingung, karna ia merasa tak salah bicara.

    Namun bukannya segera menjawab, Alric justru menghela dan terdiam sejenak, sebelum  meluncurkan kalimat yang buat Eira syok setengah mati.

   "Mulai detik ini, kamu aku pecat!"

"APA!! Kamu seriusan Sha?!"

Insomnia Kiss (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang