"ANTE!" sontak Ayu langsung berbalik ke arah asal suara dan menghampirinya.
"Ya Allah, Maya! Kamu kemana aja? Ante cariin dari tadi," Maya turun dari gendongan Farhan dan beralih menggandeng tangan Ayu.
"Tadi awalnya digendong Ali ke masjid kesatuan terus dititipin ke aku. Tapi aku gatau dia ketemu Ali dimana," tutur Farhan menjelaskan kronologinya.
"Makasih, ya, dah jagain Maya," Farhan hanya membalasnya dengan deheman.
"Kalau boleh tau, kamu ada urusan apa ke kesatuan?" tanya Farhan.
"Ketemu sama temennya ayahku, ada yang mau diomongin," tutur Ayu singkat.
"Kalau boleh tau lagi, emang ketemuan sama siapa?" tanya Farhan lagi yang semakin penasaran.
"Pak Wibowo," ucap Ayu polos yang membuat Farhan sedikit terkejut.
"Jenderal Hanan Wibowo?" tanya Farhan lagi yang diangguki Ayu.
"Ternyata temen ayahnya bukan orang sembarangan," batin si Farhan.
"Ante, aku laper, ayo jajan!" pinta Maya sambil menarik-narik baju Ayu.
"Hah? Ante gak bawa dompet, pulang dulu yuk, ganti baju baru jajan, itu kamu masih pakai seragam sekolah."
"Gak mau, maunya sekarang, itu di depan ada es krim," kata Maya polos sambil menunjuk ke arah toko es krim.
"Yaudah, ayo sama Om beli es krim ke depan," ajak Farhan sambil mengulurkan tangannya dan uluran itu pun diterima baik oleh sang bocah. Dalam hati, Ayu sudah menghela napas berkali-kali dan ia terpaksa mengikuti keinginan keponakannya.
"Beneran gapapa, Han?" tanya Ayu ragu pada Farhan.
"Iya, gapapa, santai aja. Pesen deh mau apa?"
"Makasih, ya," Farhan pun membalasnya dengan deheman.
Setelah memesan, mereka segera duduk dan menyantap es krim masing-masing. Tidak ada obrolan sama sekali saat itu, benar-benar hening.
"Om Farhan, aku mau tanya. Kenapa Om mau melamar Ante?" seketika Farhan dan Ayu menghentikan aktivitasnya. Mereka saling melempar tatapan bingung ingin menjawab apa.
"Oke, sebelum Om jawab, Om mau tanya, Maya mau jawaban yang gampang apa sulit?" tanya Farhan sambil tersenyum.
Maya sempat terdiam dan berpikir, "Mau jawaban yang gampang aja deh, Om. Takutnya nanti Maya gak paham," seketika Farhan dan Ayu tertawa kecil mendengarnya.
"Jadi, gampangnya Om melamar tante kamu itu biar Om ada pasangannya, kemana-mana gak sendirian. Tapi, namanya melamar harus nunggu jawaban dari tante kamu biar Om bisa bareng sama tante kamu."
"Kalau Ante gak jawab gimana, Om?" tanya Maya polos.
"Ya, berarti Om emang gak ditakdirkan bareng sama tante kamu," jawaban yang membuat Ayu kembali terdiam.
"Berarti selama ini Om jomblo?" pertanyaan yang membuat mereka berdua kaget.
"Mau jujur tapi kok agak gimana, tapi emang iya, Om selama ini jomblo."
"Maya kok bisa tanya itu sih, tau dari mana kayak gitu? Ante kan gak pernah ngajarin," tanya Ayu yang sebenarnya tidak tau Maya belajar kata itu dari mana.
"Dari Mba Tata, kan dia pacaran. O iya, kalau gitu, kenapa Om gak pacaran aja sama Ante?" Farhan menghela napasnya karena meladeni semua pertanyaan yang harusnya tidak ditanyakan oleh bocah satu ini.
"Maya, dalam Islam secara tegas menjelaskan bahwa pacaran itu dilarang dan haram. Larangan ini juga tertulis dengan jelas pada surah Al-Isra' ayat 32 yang secara garis besar menerangkan bahwa zina itu perbuatan yang sangat keji dan merupakan jalan yang buruk. Jadi, manusia sebidsa mungkin harus menghindari zina dengan salah satu jalannya, yaitu gak pacaran," jelas Farhan panjang yang membuat Maya mengangguk-anggukkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Tanpa Damai
RandomDi usia yang masih sangat muda Ayu harus menerima fakta bahwa dirinya harus menjadi orang tua pengganti bagi keponakannya, Maya. Mau tidak mau dirinya juga harus menjadi tulang punggung keluarga disaat ayahnya juga ikut menjadi korban "kecelakaan"...