"HUNUS PEDANG, GRAK!" pedang terhunus dan kedua mempelai pun mulai berjalan bersama melewatinya.
Setelah laporan komandan pedang pora, komandan memberikan perintah untuk menghunus pedang. Formasi ini dinamakan dengan formasi berbanjar dan pedang yang terhunus akan membentuk seperti sebuah gapura.
Formasi ini melambangkan bahwa korps perwira akademi militer turut bersuka cita dalam mengantarkan mempelai menuju pintu gerbang menempuh kehidupan yang baru.
Senyum terus merekah dari bibir kedua mempelai. Semua sorot mata benar-benar berpusat kepada mereka berdua. Disisi lain, jantung berdegup sangat kencang, tapi tak akan bisa melepas rasa kebahagiaan yang terpasang kuat di kedua wajah mempelai.
Tapi bentar, pedang pora itu apa sih?
Pedang pora adalah acara tradisi militer turun-temurun. Pelaksanaan upacara ini sebagai simbol solidaritas dan persaudaraan antar prajurit militer. Upacara ini juga menandai penerimaan pasangan sang prajurit dalam keluarga besar militer.
Setelah mempelai melewati gapura tersebut, akan dilanjut dengan payung pora, yaitu pasukan akan membentuk formasi lingkaran. Formasi ini melambangkan bahwa di antara korps perwira akademi militer turut menjadi saksi atas peristiwa bahagia ini dan pedang yang teruhunus membentuk payung melambangkan bahwa Tuhan Yang Maha Esa akan selalu melindungi kedua mempelai dalam menghadapi berbagai rintangan dan akan selalu memohon petunjuk serta perlindungan kepada-Nya.
Kemudian dilanjut dengan pemasangan cincin kepada mempelai oleh inspektur upacara beserta ibu dan penyerahan seperangkat pakaian persit. Setelah itu, dilanjutkan dengan pembacaan puisi untuk kedua mempelai dan dilanjut mempelai dipersilahkan untuk duduk di pelaminan.
Disusul dengan pasukan pedang pora, inspektur upacara, dan orang tua untuk berfoto. Selesai sudah upacara pedang pora.
"Akhirnya," ucap kedua mempelai bersama ketika mendudukkan dirinya di kursi pelaminan.
"Eh, kalian jangan harap duduk dulu, masih banyak noh tamu kudu disalamin," celetuk Angga yang ternyata sudah naik pelaminan.
Sontak Farhan dan Ayu yang sekaligus mempelai langsung bergidik ngeri membayangkan harus berdiri lama hanya untuk menyalami para tamu yang datang.
"Udah, foto dulu, yuk, mumpung masih agak sepi!" ajak Ajeng.
Tak lupa mereka juga mengajak Ali dan Rita yang masih di bawah pelaminan. Jadilah mereka berenam berfoto bersama.
Namun, trio ciwi ini ternyata pintar sekali bergaya. Sedangkan para suami justru dibuat heran dengan mereka.
"Cewek kalau udah liat kamera emang gini, ya?" tanya Farhan yang dibalas senyuman pasrah oleh kedua sahabatnya.
"Ante, mau ikut foto!" teriak Maya sembari berlari naik ke panggung. Sontak hal itu membuat seluruh orang yang melihatnya tertawa gemas.
Maya pun digendong oleh Farhan dan mereka bertujuh kembali berfoto bersama. Tak mau ketinggalan, Bayu, istrinya, dan Mbak Nova pun ikut bergabung untuk berfoto bersama.
Setelah itu, mereka semua turun membiarkan mempelai untuk menyalimi dan berfoto dengan tamu yang lain. Tak lama seorang pria muda berseragam sama seperti Farhan naik ke atas pangung.
"Weh, udah gak jomblo ni kakak satu."
"Iya dong, Bro. Kapan nyusul?" tanya Farhan ramah.
"Gak tau lagi kalau itu, belum ada yang cocok, Mas," ucap sang pria yang tak lain adalah adik tingkatnya Farhan.
"Makanya carilah."
"Boleh lah tutornya dikit, Bang," mereka berdua pun tertawa bersama.
"O iya, kenalin ini Zulfikar, dia adik tingkatku," ucap Farhan memperkenalkannya pada Ayu yang membalasnya dengan senyuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Tanpa Damai
RandomDi usia yang masih sangat muda Ayu harus menerima fakta bahwa dirinya harus menjadi orang tua pengganti bagi keponakannya, Maya. Mau tidak mau dirinya juga harus menjadi tulang punggung keluarga disaat ayahnya juga ikut menjadi korban "kecelakaan"...