Gelap perlahan menghilang dikala matahari mulai muncul di ufuk timur. Menandakan bahwa hari baru sudah datang dan manusia harus segera memulai kegiatannya.
"Maya..., oh, Maya! Ayo bangun, mau berangkat sekolah gak, nanti telat lho. Ayo bangun!"
Ya, sekiranya seperti itulah awal hari baru untuk Maya.
Biasanya dirinya dibangunkan oleh sang nenek dan sekarang dirinya berganti dibangunkan oleh sang tante. Tak mau berlama-lama, Maya segera bangun dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Walaupun masih dengan rasa kantuk yang menjalar di tubuhnya.
Selesai mandi bukannya langsung memakai baju, Maya justru menyapa si Cimoy terlebih dahulu dengan handuk yang masih terlilit di badannya. Dia baru mau beranjak ketika tantenya menyuruhnya untuk memakai baju terlebih dahulu.
Setelah memakai seragam sekolah, bukannya segera sarapan Maya justru kembali bermain bersama Cimoy. Bahkan sang tante dibuat berkacak pinggang dengan tingkahnya yang seperti ini.
"Bu, apa Maya kayak gitu terus selama tiga tahun bareng Ibu?" akhirnya Ayu pun memilih bertanya pada sang ibu.
"Gak sih, kadang dia malah gak tidur lagi habis salat subuh, gak disuruh juga langsung mandi, habis itu langsung sarapan. Gak pernah rewel kayak gitu biasanya."
"Lha terus ini kenapa tau-tau rewel?" tanya Ayu lagi.
"Mungkin lagi pengen manja sama kamu, minta disuapin kamu itu mungkin," jawab ibunya agak terkekeh.
"O..., gitu maunya."
Tak mau ambil pusing, Ayu pun memilih menyuapi Maya yang sedang bermain bersama Cimoy. Karena takutnya nanti Maya kehabisan waktu dan terlambat ke sekolah.
Selesai menyuapi Maya, Ayu mengira Maya akan berhenti bermain dengan Cimoy karena waktu sudah semakin siang. Tapi ternyata tidak, Ayu terpaksa menyisiri rambut Maya yang sangat berantakan karena sang keponakan tak mau juga beranjak dari tempatnya bermain.
"Sekarang Maya pake kerudungnya, Tante mau ganti baju dulu!" Ayu pun bergegas pergi ke kamarnya.
Tapi, apa ini?
Maya masih duduk manis bermain dengan Cimoy.
Akhirnya Ayu pun melakukan hal yang sudah ditahannya dari tadi, yaitu memasukkan Cimoy ke kandangnya.
"Kok Cimoy dimasukin sih, Ante?" tanyanya dengan raut muka sedih tapi lucu.
"Kan Maya mau sekolah, jadi Cimoy nya dimasukin dulu. Mainnya nanti lagi, ya, kalau udah pulang sekolah. Sekarang kerudungnya dipake terus berangkat sekolah, nanti telat."
Akhirnya Maya memakai kerudungnya dan mengambil tas sekolahnya dengan raut muka kesal. Apalagi bibirnya mengerucut justru membuat Ayu gemas tapi juga lelah dengan tingkahnya.
Setelah merasa sudah siap semua, Ayu pun mengeluarkan motornya. Tapi, alangkah terkejutnya ketika ia tak sengaja berhadapan dengan seorang wanita berseragam persit. Mereka saling menunjuk satu sama lain.
Ayu mendekati wanita itu, "Anda siapa?"
"Harusnya saya yang tanya, anda siapa? Saya tidak pernah melihatmu," ucap wanita itu.
"Perkenalkan saya Ayu Shaima Az-Zahra, biasa dipanggil Ayu. Saya tantenya Maya, kebetulan baru pulang dari Jakarta setelah tiga tahun kuliah." Ujarnya sambil mengajukan tangannya.
"Wah, nama yang mirip seperti teman saya. Perkenalkan saya Arinta Haniyah Renjana, biasa dipanggil Rita, tapi sebetulnya saya lebih suka dipanggil Arin atau Arinta. Saya istri Letda Ali Yuwana Al-Habsyi, kebetulan kami baru pindah sebulan yang lalu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Tanpa Damai
CasualeDi usia yang masih sangat muda Ayu harus menerima fakta bahwa dirinya harus menjadi orang tua pengganti bagi keponakannya, Maya. Mau tidak mau dirinya juga harus menjadi tulang punggung keluarga disaat ayahnya juga ikut menjadi korban "kecelakaan"...