STD | | 46. Bisakah Semuanya Selesai dan Kembali Normal?

10 1 0
                                    

"Jadi gitu, ceritanya?" Angga mengangguk.

Kini mereka berdua berdiri tepat di depan kaca ruang ICU melihat salah satu teman mereka tertidur pulas di sana dengan berbagai alat medis menempel di tubuhnya. Mereka yang selalu melihatnya dalam keadaan sehat bugar, kini harus melihat dirinya dalam keadaan yang tidak berdaya bahkan bisa dikatakan dalam keadaan koma.

"Koma berarti dia?"

"Ya, gampangnya gitu sih," jawab Angga singkat.

"Kemungkinan berapa lama?" Ali kembali mengajukan pertanyaan.

"Tergantung sih, kondisi kedepannya gimana. Tapi, dia ini badannya tu ringkih, gampang tumbang." Angga mengutarakan pendapatnya.

"Terus, udah coba bilang sama Ayu?" Angga menggeleng.

"Gak bisa, Al. Ku telponin gak diangkat blas, Ajeng juga iya. Gak ada respon sama sekali."

"Tapi, aku bingungnya tu dia ke rumah sakit gak sendiri, bareng Bayu," kata Angga mencoba mengeluarkan hal yang mengganjal.

"Lah? Bayu kenapa?"

Mereka berdua mulai berjalan keluar ICU, "Dia juga kesini jadi pasien, babak belur banget. Kena luka tusuk dia."

Hal itu seketika menimbulkan tanda tanya pada wajah Ali, "Kok bisa?"

"Aku juga kaget. Apalagi mereka dateng bareng sama polisi. Lha aku makin bingung, sebenernya tu ini kenapa?" Angga mulai mengeluarkan unek-uneknya.

"Ada hubungannya po sama kasus keluarganya Ayu?" Mereka sama-sama berpikir mencoba mencari sebuah kemungkinan yang menjadi penyebab semua ini terjadi.

"Dah coba bilang Tari?"

"Udah nek itu."

"Tapi kamu kenapa gak coba hubungi ibunya Ayu dulu, atau Mbak Nova?"

"Gak berani aku, Al. Kayak gimana gitu lho rasanya," jawabnya. Tak lama dari itu, terdengar suara derap langkah seseorang mendekati mereka.

😊😊😊😊😊

Pintu terbuka dan menampakkan seorang wanita masuk dengan keadaan kacau parah, "Assalamualaikum." Ia mengucap salam dengan suara lirihnya.

"Waalaikumussalam. Dari mana aja to kamu, Yu?" Seorang wanita paruh baya menghampirinya sembari meraba wajahnya.

Bukannya menjawab, wanita muda itu justru perlahan menjatuhkan kedua lututnya tepat di depan wanita paruh baya yang merupakan ibu kandungnya.
Tak ayal sang ibu merasa kaget dengan tingkah anaknya yang sangat tiba-tiba ini.

"Ibu. Kula nyuwun ngapunten," ujar wanita itu menunduk dengan suara bergetarnya.

(Ibu. Aku minta maaf.)

"Ngopo to, Yu? Cerito karo Ibu." Sang ibu menyamakan tingginya dengan sang anak dan memeluknya. Sang ibu membiarkan pundaknya menjadi cawan yang siap menampung derasnya air mata anak perempuannya.

(Kenapa to, Yu? Cerita sama Ibu.)

"Mas Farhan, kalih Bayu-," ucapnya tercekat karena tak sanggup menahan isak tangisnya sendiri.

"Mas Farhan kalih Bayu, mlebet omah sakit, mergi kula." Mendengar ucapan sang anak seolah membuat jantungnya berhenti berdetak. Perlahan matanya mulai berlinang dan sedetik kemudian bendungan itu pun hancur. Sang ibu ikut menangis menemani kesedihan sang anak.

(Mas Farhan dan Bayu, masuk rumah sakit, karena aku)

"Kula siap kalih sedaya konsekuensinipun, menawi Ibu badhe-."

Senja Tanpa DamaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang