Gelap masih menyelimuti. Rupanya sang arunika masih belum bangun dari tidurnya semalam.
Di sisi lain, ayam yang rajin sudah naik panggung sedari tadi. Panggilan untuk melaksanakan salat subuh pun sudah Ayu lewatkan sejak tadi.
Namun, ia masih saja nyaman berada di alam mimpinya. Apakah dirinya bertemu dengan Lee Je Hoon? Atau Lee Jong Suk?
Ah bukan, pasti si Aksa.
Hingga akhirnya teriakan sang ibunda membuatnya terbangun dari mimpi yang hanya buah tidur belaka. Dia membuka matanya untuk segera melaksanakan salat subuh dengan terkantuk-kantuk.
😊😊😊😊😊
Tak berbeda dari Ayu, wanita satu ini juga masih sangat nyaman bergulat dengan mimpinya. Bahkan dia tidur sambil kesemsem.
Rita masih waras kan? Waras setengah gila mungkin. Ataukah dia memimpikan tunangannya? Sadarlah wahai Rita!
Paling tidak kau harus menjadi istrinya dulu. Sungguh bucin anak satu ini.
Pintu kamar terbuka dan menampakkan seorang wanita berdaster yang tak lain adalah ibunya. Segera dihampiri anak semata wayangnya yang masih terlelap itu.
"Astaghfirullah ini anak, bangun heh, bangun! Keburu siang Rita, subuhan dulu!" ucap ibunya sambil menepuk lengan Rita.
"Hmm...," balas Rita dengan mata yang masih menutup.
"Heh, cah wedok ojo keset, gek tangi subuhan sek, terus adus. Arep melu salat ied ora? Ora tangi bojomu om-om ngko. Ndang!"
(Heh, anak perempuan jangan males, cepet bangun salat subuh dulu, terus mandi. Mau ikut salat ied gak? Gak bangun suamimu om-om nanti. Cepetan!)
"Iyo, iyo, Bu. Ora mungkin bojoku om-om. Wong Ali seumuran karo aku," jawab Rita tersenyum yang masih setengah sadar.
(Iya, iya, Bu. Gak mungkin suamiku om-om. Orang Ali seumuran sama aku.)
"Ali terus pikiranmu. Subuhan sek. Kupinge Ali mesti panas sekarang," ucap ibunya kemudian pergi keluar.
Setelah ibunya mengoceh, Rita bangun dan segera melaksanakan salat subuh.
😊😊😊😊😊
Tidak jauh berbeda dari dua curut tadi. Ternyata Ali sama saja.
Alih-alih kupingnya panas, dia justru tidur dengan sangat nyaman. Bahkan dia masih memakai sarungnya. Kalian pasti sudah bisa menebak kalau dirinya tidur lagi setelah salat subuh.
Seorang pria paruh baya masuk ke kamarnya. Raut mukanya tampak frustasi tatkala melihat sang anak semata wayangnya masih tertidur.
Segera didatanginya anak itu dan kalian pasti tau apa yang akan terjadi.
Plak!
Bukan lagi sebuah tepukan, melainkan sebuah gamparan mendarat empuk di lengan Ali.
Ali langsung bangun sambil meringis merasakan panasnya gamparan sang bapak. Hanya dengan sekali gamparan Ali langsung bangun tanpa berkata apapun.
Beruntung bapaknya hanya menggampar lengannya, bukan wajah tampannya.
Apakah mereka sengantuk ini karena mengikuti lomba takbir semalam? Jelas. Lalu, si Farhan apa kabar?
😊😊😊😊😊
Kumandang takbir masih menggema kala itu. Sahut-menyahut antar masjid yang satu ke masjid lain.
Ya, benar, hari ini adalah hari kemenangan bagi seluruh umat muslim dimana mereka telah melaksanakan puasa selama sebulan penuh.
Hari ini Hari Raya Idul Fitri, tapi kenapa orang-orang di rumah dinas ini terlihat santai? Lebih tepatnya yang sibuk hanya sang ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Tanpa Damai
RandomDi usia yang masih sangat muda Ayu harus menerima fakta bahwa dirinya harus menjadi orang tua pengganti bagi keponakannya, Maya. Mau tidak mau dirinya juga harus menjadi tulang punggung keluarga disaat ayahnya juga ikut menjadi korban "kecelakaan"...