STD | | 9. Pulang ke Jogja

27 2 0
                                    

Sebuah mobil berhenti tepat di depan area pemakaman umum. Seorang wanita ber-dress cantik keluar dari mobil sambil membawa sekeranjang bunga. Masuklah dia ke area pemakaman dan berhenti di depan tiga makam.

Ya, tiga makam itu adalah makam ayahnya, kakaknya, dan juga kakak iparnya. Dia segera menaburkan bunga yang dibawanya ke atas gundukan tanah itu. Tak terasa air matanya perlahan mulai luruh.

Setelahnya, ia menengadahkan tangan dan berdoa. Sepanjang doa yang ia panjatkan, tak henti-henti air matanya terus turun.

Selesai berdoa, ia tak langsung pergi. "Assalamu'alaikum, Ayah, Mbak, Mas. Aku dateng lagi. Gak kerasa, ya, udah tiga tahun aja."

"Mbak, lihat, karyamu sekarang dikenal banyak orang. Ternyata itu maksud Mbak masukin namaku juga jadi pengarangnya. Tapi aku juga gak nyangka, Mbak, bisa gantiin posisi Mbak Raya jadi pengarangnya. Sekarang aku juga jadi penulis lho, Mbak. Ngikutin jejakmu. Aku harap Mbak bangga atas hal ini."

"Ayah, aku minta maaf. Aku minta maaf berhenti jadi perawat, bahkan berhenti kuliah S-2 keperawatan," tangisnya kini kembali deras. "Tapi aku bingung, Yah. Selama ini aku gak punya impian jadi perawat, tapi Ayah dukung terus walaupun aku gak jadi dokter. Maaf, Yah."

"Mas Adit sama Mbak Raya tau gak? Maya sekarang tambah pinter lho. Dia tumbuh jadi anak yang cantik, penurut, baik. Dia juga gak pernah ngeyel selama tinggal berdua sama ibu. Sekarang Maya udah TK dan bentar lagi mau masuk SD. Gak nyangka, ya, cepet banget." Ucapnya diakhiri senyuman.

"Sekarang aku pamit, ya, Yah, Mbak, Mas. Semoga kalian bahagia disana. Jangan lupa tunggu kami semua disana, ya. Assalamu'alaikum." Dia berdiri dan bergegas untuk keluar.

Namun, ia tak sengaja melihat sesosok manusia yang tak asing menurutnya.
Sosok itu masih berada di area pemakaman dan menatapnya sekarang. Mereka mengulur senyum masing-masing.

Mereka berdua keluar bersama dan berpapasan di pintu keluar. "Assalamu'alaikum," ucap sosok itu dengan suara baritonnya.

"Waalaikumussalam."

"Gimana kabarnya?" tanya sosok itu.

"Alhamdulillah baik, kamu sendiri gimana?"

"Alhamdulillah baik juga. Kapan pulang ke Jogja, kok tau-tau ketemu di makam?" tanya sosok itu halus dengan senyum ramah.

"Tadi siang, sampai bandara jam tiga. Kamu ziarah bapak disini?" sosok itu mengangguk.

"Biar kutebak, habis ini kamu mau ke masjid kan?" wanita itu terkekeh, "kok tau?"

"Aku juga mau kesana," ucap sosok itu.

"Kalau gitu, boleh dong tunjukin jalannya?" canda wanita itu yang membuat mereka terkekeh bersama.

Mereka bergegas kembali ke mobil masing-masing. Sosok itu pun mengendarai mobil di depan mobil si wanita.

Tak lama mereka sampai di Masjid Nur Hidayah, tempat dimana mereka menghabiskan masa peralihan remaja ke dewasa bersama.

Si wanita turun dan supir segera menurunkan kopernya yang ada di bagasi.
Setelah mendapat balasan atas jasanya, si supir membawa mobilnya pergi dari tempat tersebut.

Mereka segera masuk ke area masjid bersama. Tapi, si wanita dibuat bingung dengan keadaan masjid.

"Kok sepi, ya? Biasanya jam-jam segini rame sama santri yang TPA?" tak mau membuatnya bingung, sosok itu mempersilakan si wanita untuk membuka pintu.

Pintu terbuka dan menampakkan banyak orang yang berteriak, "SURPRISE!"

(Kejutan)

Sontak hal itu pun membuat si wanita terkejut.

Senja Tanpa DamaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang