STD | | 40. Mendaki Puncak

15 1 0
                                    

"Oke. Jadi, Sayang..., say it qadarullah. Oke?" Ayu mengangguk.

(Oke. Jadi, Sayang..., katakan qadarullah. Oke?)

"Now, repeat!" Ayu kembali mengangguk.

(Sekarang, ulangi!)

"I."

(Aku)

"I." Ayu mengulanginya.

"Love."

(Cinta)

"Love," tutur Ayu tanpa memikirkan apapun.

"You."

(Kamu)

"You," sedetik kemudian Ayu baru paham bahwa dirinya sedang dikerjai.

"Bercanda, Sayang. Beneran kan tapi?" Ayu justru senyum-senyum tak jelas yang membuat Farhan terkekeh.

"Oke, serius. Semua yang terjadi adalah susunan terbaik dalam sejarah hidup tiap manusia. Sekali kamu dulu ngajarin aku tentang lubang hitam, sekali juga aku ngajarin kamu tentang lubang hitam. Sekarang adalah yang kedua kali. Nangis boleh, sedih boleh, karena itu fitrah dan juga karena kata seneng gak akan ada tanpa kata sedih dan ketawa gak akan ada tanpa kata nangis. Oke?" Ayu mengangguk.

"Tau dari maksud kata move on?"

"Melupakan," jawab Ayu pelan.

"No, that's wrong. Gampangnya move on itu kata gaulnya dari ikhlas. Why? Karena arti move on yang sebenarnya adalah berdamai. Berdamai dengan segala keadaan yang telah berlalu, mau itu buruk ataupun baik."

(Gak, itu salah)

(Kenapa?)

Ayu benar-benar fokus mendengarkan setiap kata yang terlontar dari lidah suaminya. Bahkan netranya pun tak lepas sama sekali dari menatap paras rupawan suaminya.

"Kenapa kita perlu move on? Supaya kedepannya kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Kita cuman perlu berdamai dengan masa lalu, bukan melupakan. Karena masa lalu merupakan pengalaman sekaligus media belajar kita yang paling baik. Dan satu yang paling penting, dari setiap ujian yang Allah beri pasti ada hikmah yang dapat dipetik, tergantung dari sudut pandang tiap orang."

"Jadi, petik hikmahnya untuk menjadi pelajaran dan langkah untuk meng upgrade diri menuju yang lebih baik dari sebelumnya. In Syaa Allah kalau kita mau memetik hikmahnya dan menerapkannya dalam kehidupan, gak akan sesusah yang kita bayangkan. Walaupun susah di awal itu udah pasti, tapi In Syaa Allah dipermudah menuju jalan keluarnya. Can you get it?" Ayu mengangguk dengan seutas senyum tipis yang menyiratkan sebuah kedamaian.

"Now, hug me!" Ayu pun melingkarkan tangannya di leher Farhan dan mereka saling berpelukan.

(Sekarang, peluk aku!)

Setelahnya, Farhan langsung menghujani wajah Ayu dengan beribu ciuman. Tepat malam itu, mereka berdua pun melalui malam istimewa bersama. Ketika waktu subuh tiba, mereka terciduk oleh sang ibu yang mengetahui mereka baru saja selesai mandi dan dalam keadaan rambut basah.

"Aku yakin, suatu saat Maya akan tumbuh menjadi perempuan tangguh dengan mental yang kuat sama seperti dengan orang yang mendidiknya sewaktu kecil, yaitu kamu, Sayang."

😊😊😊😊😊

"Mamah...!" seru seorang wanita dengan suara nyaringnya. Wanita berjas putih itu menghampiri wanita paruh baya yang ia panggil "Mamah" dengan perasaan yang terlihat super senang seraya meloncat-loncat kecil.

Pria yang mengekornya dari belakang pun hanya tersenyum sambil sesekali terkekeh melihat tingkah gemas istrinya yang tak pernah ia lihat.

Mendapati hal itu, sang ibu pun membalasnya dengan senyum lebar di bibirnya dan merentangkan tangannya. Tak perlu berpikir lagi, wanita berjas putih itu langsung berhambur memeluknya.

Senja Tanpa DamaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang