Sesuai dengan kesepakatan, hari ini Ayu dan Farhan pergi fitting baju. Sampai di tempat, langsung saja mereka masuk dan mulai berkeliling. Sampai pada titik tertentu Ayu menghentikan langkahnya. Sepertinya ada gaun yang berhasil menarik hatinya.
Tanpa disadari dirinya juga menarik lengan baju Farhan untuk berhenti. Farhan berbalik dan melihat Ayu memegang lengan bajunya. Mereka saling melempar pandangan sebentar hingga Ayu melepaskan pegangannya. Seketika Farhan tak sanggup menahan senyumnya.
"Kenapa? Ada yang bagus?" tanya Farhan.
"Yang itu bagus gak sih, yang putih," jawab Ayu sambil menunjuk sebuah gaun yang terlihat simple dan tidak terlalu banyak hiasan, tapi terkesan mewah.
"Gak mau yang itu aja?" tanya Farhan sambil menunjuk gaun lain dengan banyak hiasan.
"Tapi bagusan yang ini, lebih simple. Gak kebanyakan hiasan, jadi gak terkesan heboh banget. Ini aja, ya?" tanya Ayu mencoba meyakinkan calon suaminya itu.
Pada akhirnya Farhan luluh dengan senyuman Ayu, "Yaudah deh iya. Berarti satu lagi buat pedang pora. Itu kasihin dulu ke karyawannya," Ayu membalasnya dengan jempol.
Setelah Ayu kembali, Farhan menanyakan sesuatu lagi, "Buat yang pedang pora mau warna apa?"
"Warna ijo aja deh biar masuk sama seragammu," jawab Ayu langsung dan pergi berkeliling lagi.
"Buset dah ni cewe, sat set amat nentuinnya," ucap Farhan lirih.
"Kalau yang ini bagus gak?" tanya Ayu sambil menunjuk salah satu gaun berwarna hijau.
"Gak kekecilan itu? Kayaknya bajunya terlalu ketat deh."
Farhan berjalan lagi untuk mencari gaun yang lain, "Nah, mending ini aja, gak terlalu ketat," ucapnya sambil menunjuk sebuah gaun.
"Tapi nanti keliatan pendek gak?" tanya Ayu yang sepertinya tidak menyukainya.
"Gak deh aku yakin. Daripada yang tadi terlalu ketat. Takutnya nanti kamu gak nyaman, kalau pernapasanmu gak enak gimana, kan berabe ntar urusannya," jelas Farhan mencoba meyakinkan calon istrinya.
"Cobain dulu, ya?"
"Yaudah deh," Ayu pun mengambil gaun itu dan pergi ke ruang ganti untuk mencobanya.
Ketika Ayu keluar dari kamar ganti, Farhan dibuat terdiam dengan Ayu yang semakin cantik dengan gaun pilihannya tadi. Bahkan Farhan sampai tidak berkedip.
"Han, Han!" panggil Ayu sambil melambai-lambaikan tangannya.
"Eh, eh, iya."
"Bagus gak?" tanya Ayu sambil menaikkan alisnya.
"Bagus kok. MasyaAllah. Coba deh ngaca, bagus banget," Ayu pun mengikuti arahan Farhan.
Dia berputar-putar di depan cermin dengan gaun yang dia coba. Di sisi lain Farhan mencoba untuk tidak salting padahal hatinya sudah salting sedari tadi.
"Yaudah ini aja gapapa. Mbak, yang ini satu sama yang putih tadi, ya," ucap Ayu pada salah satu karyawan.
"Baik, Kak. Yang putih mau dicoba sekalian?" tanya si karyawan ramah.
"Kayaknya gak usah deh, Mbak. Langsung dibungkus aja," ucap Ayu sambil tersenyum melihat tingkah Farhan yang menutup seluruh wajahnya seperti anak kecil.
"Baik, bisa ditunggu sebentar, ya, Kak," Ayu membalasnya dengan anggukan.
Dia menghampiri Farhan yang masih saja menutup mukanya, "Kamu ngapain daritadi nutup muka?" tanya Ayu menahan tawanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Tanpa Damai
De TodoDi usia yang masih sangat muda Ayu harus menerima fakta bahwa dirinya harus menjadi orang tua pengganti bagi keponakannya, Maya. Mau tidak mau dirinya juga harus menjadi tulang punggung keluarga disaat ayahnya juga ikut menjadi korban "kecelakaan"...