Setelah keluarga kecil Raya masuk, mengobrollah mereka dengan ayah, ibu, serta adik-adiknya itu.
"MasyaAllah cucuku, Maya, tambah lucu, tambah cantik, tambah gembul!" itulah pujian yang dilontarkan kepada Maya, anak pertama dari pasangan Raya dan Adit.
Apalah daya Maya sekarang, badannya dipeluk dan seluruh wajahnya dihujani beribu ciuman oleh sang nenek.
Merasa bahwa dirinya risih dia mencoba meronta dalam dekapan neneknya. Tapi karena kalah kuat, Maya menyerah dan kehabisan tenaga.
Tiba-tiba muncullah seorang pahlawan yang berasal dari dapur. Tersadar ada celah untuk melepaskan diri, Maya pun memanggil orang tersebut.
"Om Banyu," panggil Maya sambil mengangkat tangannya ingin digendong.
"Utututu, ponakannya Om Bayu yang paling ucul!" ucapnya sambil mengambil alih Maya dari ibunya.
"Om Banyu, pipi, idung, ama dahi atu tadi diciumin telus ama uti, nanti pipi atu empes" adu Maya manja pada Bayu.
"Masih mending itu cuma dicium, daripada sama tantemu tuh, kamunya langsung ditelen gegara kelewat uculnya."
Semua orang yang melihat pemandangan tersebut terkekeh gemas melihat tingkah Maya dan Bayu.
Namun, Ayu justru memberikan tatapan maut yang sangat mematikan karena ucapan Bayu tadi. Ekspresi Bayu berubah pucat seketika.
"Ceritanya ngaduin Uti?" pertanyaan yang membuat Maya mengangguk.
"Malahin uti, Om! Bilangin alau atu dak mau dicium-cium ayak tadi, ciumnya satu ali aja."
"Tapi ada syaratnya, kamu kalau manggil Om harus 'Om Bayu' bukan 'Om Banyu', deal?" tanya Bayu mencoba bernegosiasi.
"Dak mau, bacusan 'Om Banyu', Om...," jawab Maya dengan nada yang panjang.
"Yaudah kalau gitu, Om gak mau bilangin uti. Tapi kamu yang Om culik," Bayu berlari membawa Maya yang heboh di gendongannya menuju teras rumah.
Setelah kepergian Maya dan omnya, orang-orang yang tersisa melanjutkan obrolannya.
"Jadi gimana, kalian mau ikut Ayah liburan ga?" tanya ayahnya Raya kepada Adit dan Raya.
"Nggih, ndherek mawon, Yah. Tapi, namung kaleh Maya? Ibu, Ayu, kaleh Bayu mboten ndherek?" tanya Adit.
(Ya, ikut aja, Yah. Tapi, cuma bareng Maya? Ibu, Ayu, dan Bayu gak ikut?)
"Ibu sama Ayu kemarin udah. Bayu mintanya yang mentahan aja biar pas masuk akademi bisa dibawa," jelas ayahnya.
"Lho, kok Bayu dikasih mentahan sih, kemarin aku minta gak dikasih?" sewot Ayu pada ayahnya.
"Ya, kan kamu udah ikut yang paket liburan sama ibu, bukan paket duit," jelas ayahnya, "ih, Ayah!" gerutu Ayu.
"Makanya, Mbak, kalau ayah kenaikan pangkat mintanya duit aja, yang kebeli gak cuma tiket liburan, tapi tiket seblak juga kebeli," ejek Bayu di luar teras.
Ayu yang mendengar hal itu tersulutlah emosinya dan mulai muncul keinginan menggampar adiknya.
Ketika Ayu tiba-tiba muncul dihadapannya, Bayu langsung berteriak histeris. Sampai-sampai dirinya hampir melempar Maya, tapi untung akal sehatnya masih terpasang kuat di kepalanya.
"Dilihat-lihat kamu makin subur, Nduk," ucap ibunya Raya, "masa sih, Bu?" tanya Raya tak percaya.
"Iyo, kamu isi lagi?" tanya ibunya memastikan.
Pertanyaan yang sempat membuat Raya terdiam dan melirik suaminya, "Hehehe, nggih, Bu. Raya isi malih." Jawab suaminya agak cengengesan yang membuat Raya senyum-senyum malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Tanpa Damai
RandomDi usia yang masih sangat muda Ayu harus menerima fakta bahwa dirinya harus menjadi orang tua pengganti bagi keponakannya, Maya. Mau tidak mau dirinya juga harus menjadi tulang punggung keluarga disaat ayahnya juga ikut menjadi korban "kecelakaan"...