STD | | 20. Nyamuk Menyerang

30 1 0
                                    

Setengah sebelas malam, itulah angka yang ditunjuk oleh jarum jam dan kini Farhan baru saja memarkirkan motornya di garasi. Dirinya juga sekalian mengunci pintu gerbang. Setelah itu dia masuk ke ruang tamu.

Namun sebelum itu, dia mengintip terlebih dahulu apakah ada Cimoy. Setelah tahu bahwa Cimoy sudah berada di kandang dan merasa aman, barulah Farhan masuk.

Pemandangan pertama yang ia lihat adalah istrinya yang tertidur di sofa. Farhan langsung mengunci pintu dan berjalan mendekat ke arah istrinya. Dia pun duduk di sampingnya. Ayu yang bergerak untuk menyamankan posisi tidak sengaja menyenggol kaki suaminya dan terbangun.

"Kenapa gak tidur di kamar?" tanya Farhan lembut sambil mengusap pelan anak rambut istrinya.

"Tadi nungguin kamu pulang, tapi ngantuk yaudah tidur dulu aja disini," jawab Ayu dengan wajah ngantuknya.

Farhan menjatuhkan kepala istrinya ke dalam pelukannya dan menggendongnya. Mata Ayu langsung terbelalak ketika dirinya digendong, "Kenapa bangun lagi? Udah tidur!"

"Siap tidur!" ucap Ayu yang langsung menjatuhkan kepalanya ke dada bidang suaminya.

Hal itu pun memicu tawa suaminya yang gemas melihat tingkah lucu istrinya yang langsung tidur ketika disuruh. Padahal dirinya hanya bercanda malah dilakukan sungguhan.

Farhan membawa Ayu ke dalam kamar dan membaringkannya di ranjang. Setelah itu, ia mengganti baju dan bebersih diri. Barulah ia ikut tidur di samping istrinya.

😊😊😊😊😊

Sebuah mobil silver berhenti di depan sebuah rumah. Tiga orang keluar dari dalam mobil.

"Maturnuwun, Pak, Bu. Sampun ndhereke," ucap remaja itu pelan dengan tetap menunduk.

(Terimakasih, Pak, Bu. Sudah mengantarkan)

"Uwes rapopo, saiki gek mlebu, wong tuwomu mesti nggoleki" baru saja Rita selesai berucap, tiba-tiba seorang wanita paruh baya keluar dengan tergesa-gesa.

(Udah gak papa, sekarang cepet masuk, orang tuamu pasti nyariin.)

"Cah wedok ora ngerti wayah, metu dolan wengi karo lanang ngendi meneh kowe, ha?! Cah wedok ora nduwe isin, ora mikir!" ucap wanita itu yang sepertinya ibunya.

(Anak perempuan gak tau waktu, keluar main malem sama cowok mana lagi kamu, ha?! Anak perempuan gak punya malu, gak mikir!)

Ibunya langsung mengomeli anaknya sambil terus mencubiti, memukul, dan menoyor kepala anaknya. Sedangkan sang anak hanya mampu diam seribu bahasa. Rita dan Ali berusaha melerainya dikarenakan emosi sang ibu yang meluap-luap.

"Bu, sabar, Bu, mboten pareng ngene ki kalih anak, Bu. Menawi anak lepat dipirsani apik-apik, Bu, mboten pareng ngangge kekerasan," ucap Ali berusaha menenangkan.

(Bu, sabar, Bu, gak boleh gini sama anak, Bu. Kalau anak salah dibilangin baik-baik, Bu, gak boleh pakai kekerasan.)

"Kowe sopo ngatur-ngatur aku? Iki anakku, yo, karep-karepku arep tak apake," diluar dugaan ternyata, emosi sang ibu justru semakin meluap dan kini anaknya sudah tidak tahu mau berbuat apa. Dirinya diam ketakutan setengah mati.

(Kamu siapa ngatur-ngatur aku? Ini anakku, ya, terserah mau ku apakan)

"Saiki kowe mlebu, rasah dolan-dolan meneh kowe. Rabi sisan wae kono, mumet aku nduwe anak perawan koyo kowe!" sekiranya itulah kata-kata yang dilontarkan oleh sang ibu untuk menggambarkan keadaan emosinya saat ini.

(Sekarang kamu masuk, gak usah main-main lagi kamu. Nikah sekalian aja sana, pusing aku punya anak perawan kayak kamu.)

Remaja itu masuk ke dalam rumah dengan sempoyongan dan keadaan yang sudah sangat kacau. Disusul dengan ibunya yang masuk masih dalam keadaan marah. Sedangkan Ali dan Rita dibiarkan sendiri berdua di luar.

Senja Tanpa DamaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang