STD | | 52. Tak Lekang Dimakan Waktu

19 2 0
                                    

Waktu menunjukkan pukul sembilan malam yang berarti sudah memasuki waktu tubuh untuk beristirahat. Sama seperti wanita satu ini, dia memijat leher belakangnya seraya memejamkan mata. Kemudian membukanya dan hatinya pun merasakan kehampaan yang luar biasa menerpa dirinya.

Ia menatap kosong langit-langit ruangan istimewa nan mewah tersebut. Merasa tak mau menyia-nyiakan waktu untuk beristirahat, dirinya segera membereskan berkas-berkas yang berserakan di meja kerjanya. Kemudian mengambil jas putihnya yang tergantung.

Tapi, matanya tak sengaja menatap papan nama yang kini bertuliskan namanya 'Anita Sorin'. Ia tersenyum getir melihatnya karena mengingat segala alasan ia bisa menduduki kursi sebagai pemimpin rumah sakit.

Selesai membereskan berkas-berkas penting itu, dirinya segera memasukkan jasnya ke dalam tas dan menentengnya. Namun, niatnya terhenti ketika ponselnya berdering dan menampilkan kontak yang ia beri nama 'Polisi'. Tanpa pikir panjang, langsung saja ia mengangkatnya.

Belum sempat menjawab, suara dari seberang telepon langsung menyerangnya, "Anda sekarang dimana?"

"Saya masih di ruangan, Pak. Kenapa, ya?" Nita mengernyitkan dahinya.

"Tolong anda tetap di ruangan. Kami segera kesana, kami sudah di lobi."

"Iya-iya, Pak. Akan saya tunggu, gak perlu buru-buru." Sambungan telepon terputus dan selang lima menit, beberapa orang polisi tanpa seragam sudah hadir di hadapan Nita.

Tanpa basa-basi lagi, "Ini adalah daftar dokter rumah sakit yang terdeteksi melakukan malapraktik."

Nita langsung membukanya dan membacanya dengan teliti, "Tujuan kami datang ke sini adalah ingin meringkus mereka secepatnya dan kalaupun belum sempat, kami ingin minta kerja sama anda untuk sebisa mungkin menjauhkan mereka semua dari pasien rumah sakit."

Nita sekilas melirik mereka dan detik itu juga ponselnya berdering lagi. Menampilkan kontak dengan nama 'dr. Fatih' dan ia segera mengangkatnya, "Halo, iya kenapa, Dokter?" Raut muka Nita tampak serius dan tangannya memberi isyarat kepada para polisi untuk bersabar sebentar sebelum meringkus dokter tersebut yang termasuk di dalam daftar.

"Maaf sebelumnya karena baru memberitahu. Saya diamanahi Dokter Angga untuk memberi obat kepada pasien bernama Farhan karena dia sedang berhalangan dan meminta saya menggantikannya. Sekarang saya sudah berada di depan ruangannya."

Mendengarnya Nita tersenyum miring, "Bukannya Dokter Angga baru saja berangkat ke Amerika tadi siang dan resmi sudah tidak lagi menjadi dokter di sini. Dokter penanggung jawab pasien bernama Farhan bukan lagi Dokter Angga, tapi Dokter Ajeng."

Detik itu juga sambungan telepon itu langsung terputus dan, "Cepat ke kamar bangsal VIP nomer sembilan. Dokter Fatih di sana." Para polisi beserta Nita langsung bergegas menuju kamar bangsal VIP tersebut.

Di sisi lain, "Selamat malam, Pak Farhan."

"Selamat malam, Dok," balas Farhan sopan dan ramah.

"Kenapa belum tidur, Pak?" tanya dr. Fatih mencoba mencairkan suasana.

"Masih nemenin istri saya kerja, Dok. Udah malem jadinya saya temenin aja." dr. Fatih mengangguk-angguk seraya mendorong sebuah lemari kecil berisi obat-obatan beserta alatnya.

"Terus istrinya kemana?"

"Di kamar mandi." Mendengarnya, membuat gelagat dr. Fatih menjadi tidak biasa yang menimbulkan perasaan curiga dalam benak Farhan.

Anehnya lagi, dr. Fatih justru mendekat ke arah pintu kamar mandi dan mengeluarkan sebuah kunci kemudian, "Kenapa dikunci, Dok? Istri saya masih di dalem." Farhan sedikit bangkit dari tidurnya.

Senja Tanpa DamaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang