Jam telah menunjukkan angka sebelas malam yang menendakan bahwa acara telah usai. Lokasi juga telah dibersihkan untuk dikembalikan ke kondisi semula. Pengantin pun telah pulang ke rumah untuk istirahat.
Kalau kalian mengira mereka akan bermalam di hotel, salah. Sesuai permintaan Ayu, dia tidak ingin mereka bermalam di hotel. Untuk mengurangi pengeluaran, dirinya memilih untuk tetap beristirahat di rumah.
Sesampainya di rumah, mereka langsung saja bebersih diri. Terutama Ayu, dia langsung membersihkan riasan yang sudah membuat wajahnya seakan kaku.
"Akhirnya," ucapnya Ayu sambil mengusap wajah dan memijat pipinya di depan kaca.
Tak lama Farhan masuk ke kamar dengan rambut yang masih basah, "Mandi dulu, Yu!" titahnya.
"Iya, Mas," ucap Ayu kemudian beranjak.
Farhan yang mendengar langsung membelalakkan matanya, "Ngomong apa tadi?"
Ayu mengernyitkan dahinya, "Iya, Mas," ucapnya mengulang yang membuat Farhan memegangi dadanya dan menjatuhkan diri ke ranjang.
"Eh, kenapa, Mas?" tanya Ayu mulai panik.
Setelah sekian detik Ayu baru sadar bahwa suaminya itu sedang salting, "Oh, ceritanya salting gitu, Mas?"
Setelah detak jantungnya cukup normal, Farhan mulai duduk di samping istrinya, "Jantungku belum siap, please!" Ayu yang mendengar langsung memukul pelan dada Farhan, "Bisa aja sih."
Namun, Farhan justru menahan tangan Ayu yang tadi memukulnya dan membuat Ayu terdiam seraya memandangi Farhan. Farhan mendekatkan wajahnya dan mengecup singkat bibir istrinya.
"Seri, satu lawan satu," ucap Farhan sambil tersenyum.
Ayu yang mendapat perlakuan seperti ini langsung diam tak merespon apa-apa dan pipinya kini sudah memerah.
"Sejak kapan kamu makeup, bukannya tadi udah dihapus?"
Mendengar penuturan itu kesadaran Ayu seketika kembali, "Curang, ih, balesnya. Gak pake aba-aba," protes Ayu sambil menutup mukanya.
Farhan tertawa gemas melihat tingkah istrinya, "Jadi, gimana, Sayang?" tanya Farhan membuka tangan yang menutupi wajah cantik istrinya.
"Udah, ah. Jantungku ikut gak aman, balesnya gak nanggung-nanggung," ujar Ayu kemudian beranjak ke luar kamar.
Farhan yang paham istrinya ngambek hanya bisa tertawa sambil memegangi jantungnya yang masih berdetak kencang.
Sesampainya di kamar mandi, Ayu langsung mentralkan irama jantungnya yang tidak normal, "Baru kali ini bisa sesalting ini, huft... . Oke, sekarang cepetan mandi," ucapnya pada diri sendiri.
Tak perlu waktu lama Ayu sudah menyelesaikan kegiatan mandinya. Dia kembali ke kamar dan kehadirannya membuat Farhan diam, "MasyaAllah!" ucap Farhan lirih yang membuat Ayu bingung.
"Kenapa, Mas?" Ayu melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Farhan.
"Ini bidadari atau apa?" celetuk Farhan tiba-tiba yang membuat Ayu tersenyum.
"Ya, manusia lah, Mas. Ya, kali bidadari dari kayangan," jawab Ayu kemudian duduk di samping Farhan.
"Kok belum tidur? Besok sahur lho," tanya Ayu sambil membenarkan rambutnya yang tergerai.
"Nungguin kamu lah. Ya, kali udah ada temennya ditinggalin."
"Iyain deh."
😊😊😊😊😊
Dingin masih menyelemuti dan gelap masih menjalankan tugasnya. Suasana yang sungguh sunyi semakin mendukung tubuh ini untuk terus merangkai mimpi. Suara panggilan sahur dari masjid berkumandang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Tanpa Damai
RandomDi usia yang masih sangat muda Ayu harus menerima fakta bahwa dirinya harus menjadi orang tua pengganti bagi keponakannya, Maya. Mau tidak mau dirinya juga harus menjadi tulang punggung keluarga disaat ayahnya juga ikut menjadi korban "kecelakaan"...