STD | | 37. Jalan Buntu atau Sekadar Tanda Tanya?

14 1 0
                                    

Matanya perlahan terbuka menyambut dunia. Matanya mengerjap untuk mengumpulkan seluruh kesadarannya yang sempat singgah di alam mimpi.

Dia membenarkan posisi duduknya dan rasa heran pun melanda pikirannya. Kenapa ia terbangun di ranjang pemeriksaan? Bahkan dia pun bangun dengan kondisi menggunakan selimut.

Merasa ada yang janggal, dia pun turun dari ranjang dan berniat mengeceknya. Benar saja, ada seorang pria tertidur di kursi dengan menaruh kepalanya di meja. Pria itu juga mengenakan baju scrub yang menandakan dirinya seorang dokter.

Dia beranjak mendekati pria yang tertidur dan setelah mengeceknya, ternyata pria itu berparas tampan. Dia duduk di hadapannya dan memiringkan kepalanya hingga berhadapan dengan sang pria.

Tanpa ia sadari jemari lentiknya mulai mengelus helai per helai rambut pria itu. "Jadi kamu yang mindahin ke ranjang?" gumam wanita itu.

Awalnya hanya memainkan rambut pria itu kini berganti dirinya sudah mengusap-usap keseluruhan rambut hitam itu. Matanya pun tak lepas dan terus menatapnya lekat tanpa bosan, seakan ketampanannya terus bertambah setiap detiknya.

Ternyata perlakuan yang ia lakukan terus-menerus dari tadi mengusik sang pria.
Kepalanya sempat bergerak untuk membenarkan posisi tidurnya. Namun sayangnya, matanya tak sengaja terbuka sepersekian inci.

Merasa ada tangan yang membelai lembut kepalanya ia memilih untuk mencari tahu. Jadilah kini waktu mempertemukan pandangan mereka pada satu jalur.

"Good morning!" ucap wanita bernama Ajeng.

"Morning!" balas pria bernama Angga dengan suara seraknya khas bangun tidur.

"Capek, ya?" Angga reflek mengangguk kecil.

"Sampai jam berapa?" tanya Ajeng lembut dengan terus membelai rambut suaminya.

"Jam dua," jawab Angga dalam keadaan mata terpejam.

"Tidur lagi aja gak papa."

Bukannya kembali tidur, Angga justru mengangkat tegak kepalanya dan mengembalikan seluruh kesadarannya. "Gak jadi, ntar aja. Mamah tadi malem nyariin," mendengarnya Ajeng hanya diam.

"O iya, sama kita harus bisa publik hubungan kita sekarang juga," seketika Ajeng mengerutkan dahinya.

"Kenapa?"

"Karena tadi malem, aku yakin semua staf merhatiin aku. Terus yang ngambil hasil rontgen mamah aku," Ajeng masih saja diam seribu bahasa tak ingin membalas.

"Mikirinnya nanti aja gak papa. Sekarang ke mamah dulu aja," pria itu pun berdiri dan menggandeng istrinya untuk ikut.

Pada awalnya sang istri menerima perlakuan tersebut dengan senang hati. Namun, perlahan-lahan sang istri melonggarkan genggaman itu dan melepaskannya.

Mendapati perlakuan tersebut, sang suami pun berbalik dan menggandengnya lagi, "Gak papa."

Pada akhirnya pasangan itu benar-benar memberitahu dunia yang sesungguhnya. Sepanjang perjalanan menuju kamar bangsal sang ibu, para staf rumah sakit terus saja memperhatikan mereka dengan tatapan kaget.

Sesampainya di sana, ternyata sudah banyak orang yang menjenguk ibunya. Ada kedua kakak perempuan Ajeng dan para staf rumah sakit. Pasangan itu masuk dengan ekspresi kikuk yang membuat suasana menjadi canggung.

"Gak usah kikuk gitu, dah pada tau satu rumah sakit yang sebenernya," ucap Dokter Raina yang ternyata juga ikut menjenguk.

😊😊😊😊😊

"Mas, mau tanya?"

"Apaan?" jawab dua orang pria dengan kompak.

"Pada kenal Putri gak?"

Senja Tanpa DamaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang