"Mau ngasih tau apa?" Pria itu bertanya dengan muka yang kusut.
"Sabar, bentar dulu." Wanita itu beranjak mengambil sesuatu.
"Mripatku dadi sliwer," gumam pria itu seraya menggelengkan kepala dan menepuk pelan kepalanya. Tak berselang lama, si wanita sudah duduk di sebelah pria itu yang merupakan suaminya. "Kenapa?"
(Mataku jadi buram)
"Pertama, jangan kaget, jangan bingung. Aku tau penyebabmu selama hampir dua mingguan ini mual terus." Suaminya mengangkat alisnya sebelah. Detik itu juga, istrinya meletakkan tiga buah benda di hadapan suaminya. Bukannya menjawab atau merespon apa, ia justru balik menatap istrinya bingung.
"Gak konek ni otaknya." Rita meraih salah satu benda itu.
"Jadi, ini itu namanya test pack." Pria itu mengangguk.
"Nah, terus disini ada gambar dua garis, dah?" Pria itu kembali mengangguk.
"Terus yang ini, ada gambar plus, dah?" Lagi-lagi pria itu mengangguk.
"Paham kan sampai sini?" Pria itu malah menggeleng polos.
"Emang paling bener gak cocok di surprise-in. Aku meteng!" Rita pun sedikit berteriak di akhir kalimatnya karena saking kesalnya.
"Ooo... ." Baru sedetik setelahnya kabel otaknya terhubung, "Meteng?" Pekik suaminya.
(Hamil?)
Rita mengangguk pasti, "Aku ra mimpi to?"
(Aku gak mimpi kan?)
"Boten, Mas... ."
(Gak, Mas...)
"Jadi gini, biar kujelasin, denger baik-baik." Ali memposisikan badannya menghadap seratus persen pada istrinya.
"Udah hampir dua mingguan kamu mual terus kan?" Ali mengangguk.
"Nah itu, kemarin Tari bilang mungkin ada yang ngisi, terus sama Angga disuruh cek dan ini hasilnya, positif," jelas wanita itu penuh senyum.
"Njuk saiki aku kudu piye?"
(Terus sekarang aku harus gimana?)
"Alhamdu?"
"Alhamdulillah," seru mereka berdua. Rita langsung merentangkan tangannya menerima pelukan dari sang suami.
Cukup lama berpelukan, ia baru sadar bahwa bajunya basah, "Lah alah, gak usah nangis to, Mas." Rita mengusap muka suaminya yang memerah karena air mata dan langsung mengubahnya menjadi anak kecil yang menangis di pelukan ibunya. Masih terkejut dan tak menyangka hal itu, Ali masih enggan melepaskan pelukannya dan menumpahkan segala rasa harunya.
Keesokan harinya, mereka langsung pergi ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan dan benar saja, Rita dinyatakan hamil dengan usia menginjak minggu ketiga. Kabar baik ini lagi-lagi membuat air mata pria itu pecah lagi tepat di depan istrinya dan juga sang dokter.
Tak hanya dari mereka, kabar baik rupanya juga datang dari pasangan ini. Suara merdunya bergema di seluruh ruangan tersebut dikala ayat demi ayat suci Al-Quran ia baca. Matanya yang fokus menjelajah mushaf kecilnya itu sampai tidak menyadari suatu hal di hadapannya.
Tanpa ia sadari, tangannya yang menggenggam tepi ranjang seperti merasakannya ada sesuatu yang menyentuhnya. Sontak hal itu membuatnya diam dan, "Mas."
Mata yang selama dua minggu ini tertutup rapat akhirnya terbuka. Hendak menutup mushafnya, tapi ia seolah ditahan dan pada akhirnya ia melanjutkannya sampai selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Tanpa Damai
RandomDi usia yang masih sangat muda Ayu harus menerima fakta bahwa dirinya harus menjadi orang tua pengganti bagi keponakannya, Maya. Mau tidak mau dirinya juga harus menjadi tulang punggung keluarga disaat ayahnya juga ikut menjadi korban "kecelakaan"...