3. Observasi Karakter Utama

776 139 5
                                    

"Ya ampun, Halley!" Marchioness berseru, ia dan suaminya segera berjalan cepat ke arah Helio yang sedang dipegangi oleh Athella dengan Medeia yang ikut di belakang, sepasang Suami-Istri itu terlihat begitu panik, memang sudah lama sejak Helio pergi, sih...

"Ibu, aku sudah minta maaf," adalah hal pertama yang Helio sampaikan pada Ibunya, mulut Marchioness terbuka, kemudian terkatup kembali.

"Baguslah kalau begitu..," Marchioness tersenyum lega, "tapi kenapa kamu dibantu Nona Athella dan Nona Medea kemari, Halley? Apa kakimu kenapa-napa?"

"Ah..." anak-anak yang menjadi penyebabnya berubah pucat pasi, Helio menoleh kearah Athella dan Medeia yang berada di sisinya secara bergantian, Athella yang peka langsung menyahut.

"Tuan Helio tadi terjatuh di sana," Athella menunjuk ke arah di mana mereka datang, diam-diam Helio menghela napas lega, dan Athella merasa sudah memberikan jawaban yang tepat, itu adalah kebenaran, Helio memang terjatuh karena ditarik oleh anak-anak jahil itu dengan sengaja, sekarang Athella akan menyerahkan pada Helio apakah ia ingin berpura-pura sebagai anak ceroboh atau mengungkapkan kebenarannya.

"Loh? Jatuh? Jatuh karena apa?" Marquess bertanya dengan heran, membuat Helio kembali tegang.

'Kali ini aku gak bakal ngebantu..'

Helio melirik kearah Athella lagi, ah! Dia tidak bisa terus-terusan berharap Nona Athella dan Nona Medeia akan menolongnya, sudah cukup. Sebagai seorang lelaki, setidaknya Helio harus bisa bertindak untuk dirinya sendiri!

"Aku terjatuh karena buru-buru mengejar Nona Medeia, Ayah.." itu alasan yang masuk akal, Helio diam-diam memuji dirinya sendiri dalam memilih alasan.

'Lihat, aku tidak bodoh!' Helio melihat ke sisi kirinya dan mendongak menatap Medeia, Medeia yang melihat gestur aneh itu sontak menaikkan satu alis.

'Ini pasti karena dia masih terngiang-ngiang dibilang bodoh oleh Medeia...' Athella terkekeh pelan.

Dapat Medeia dan Athella lihat bahwa Marquess masih curiga, sedangkan Marchioness menatap anaknya prihatin.

'Ya ampun, dia benar-benar sampai segininya hanya karena aku menyuruhnya meminta maaf, Putraku...' batin Marchioness sembari menatap anaknya, kemudian matanya tertuju pada pegangan Helio dan Athella yang tak kunjung lepas.

'...betul-betul punya selera yang bagus!' Marchioness tersenyum jahil.

"Marquess dan Marchioness, kalau begitu saya sepertinya pamit undur diri terlebih dahulu," Medeia memecah keheningan di antara keempatnya, "Kakak saya pasti khawatir."

"Ah, ya, silakan, Nona Medeia," Marchioness memasang ekspresi ramahnya, ekspresi yang pasti akan disukai semua orang, melihat Medeia yang sudah berniat pergi, Athella ikut menyahut.

"Marquess dan Marchioness, saya juga ikut pamit, Kakak saya sudah menunggu dari tadi," mendengar itu, Helio segera menoleh kearah Athella dengan tatapan terkejut dan tidak rela, ia mengeratkan genggamannya dengan bibir yang manyun.

"Nona akan pergi?" Helio mengeratkan pegangannya pada tangan Athella, padahal.dia masih ingin berbicara banyak... dia tidak akan bisa menyampaikan itu jika Athella memilih pergi, namun, tindakannya barusan membuat Athella lumayan terkejut.

Marquess dan Marchioness ikut terkejut, mereka saling bertukar pandangan satu sama lain kemudian mulai melakukan proses telepati.

'Cinta pertama?' Marquess Vita.

'Cinta pertama!' Marchioness.

Mereka seketika tersenyum lebar.

"Ah, Tuan Helio, maaf sekali tapi saya harus mendatangi Kakak saya di sana, saya tidak akan langsung pulang, kok," Athella berjongkok di hadapan Helio tanpa melepas genggaman tangan mereka, lalu mengusap kepala Helio, "nanti kita berbincang lagi, ya?"

MASTERMIND | Helio TropiumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang