12. Sahabat

472 107 0
                                    

"Kemampuan berpedang anda sudah lebih baik, Nona!" Jace—pelatih pedang Athella bertepuk tangan dengan bangga, ia mengulurkan tangannya untuk Athella raih dan berdiri.

"Benarkah?" Athella bertanya sembari berusaha mengatur napasnya yang ngos-ngosan, ini sudah 3 bulan semenjak ia mulai berlatih pedang dengan rutin, nyaris 5 bulan semenjak ia berada di Viscounty untuk merawat ayahnya.

"Baguslah jika begitu," gadis itu menepuk-nepuk celananya dan memilih untuk mendudukkan diri di pinggir lapangan diikuti oleh Sang Pelatih yang memberikan segelas besar air minum pada Athella.

"Bagaimana keadaan Viscount?" Jace bertanya, ia adalah sahabat Asher yang memang kenal dekat dengan keluarga Nivallis, itu mengapa ia bersikap lumayan santai.

"Semakin buruk," Athella menjawab singkat sembari meneguk airnya, tatapannya kosong ke depan, semakin lama, rasanya Athella semakin ditarik ke masa lalu saja, itu benar-benar memaksanya harus kembali mengingat memori-memori yang ia ingin lupakan, "susah sekali untuknya mengkonsumsi makanan. Dia pasti akan meludahkan makanan itu kembali, dia hanya bisa menerima minuman."

Jace hanya terdiam sembari memandang remaja berusia 13 tahun di depannya kini, Jace ingat bermain dengannya saat Athella masih benar-benar kecil, dia anak yang terlihat ceria dan suka tersenyum, matanya bersinar, namun sekarang, anak itu semakin kehilangan cahayanya.

"Titi!" Athella dan Jace segera menoleh, mata mereka membola saat mendapati Elias—anak pertama Anastasia, berlari ke arah Athella dengan senyum yang terpatri di wajahnya. Akhirnya Athella tersenyum, ia segera berdiri dan berjalan ke arah bocah 1 tahun lebih itu.

"Halo, bocah," Athella mengusak rambut bocah itu dengan gemas, ia segera mengangkat kepalanya dan mendapati kakak perempuannya—Anastasia serta sang suami; Adonis Hector juga berjalan ke arahnya, ia kemudian menyadari ada bayi di gendongan sang kakak, dan perutnya juga sudah mulai rata kembali, "wah, ada anggota baru."

Anastasia terkekeh, "Perkenalkan, namanya Erza."

"Oh, rupanya nama pemberian kak Bella dipakai lagi," Athella membalas, keduanya akhirnya tertawa, saat Athella menatap wajah bayi yang sedang tertidur itu, ia tersenyum gemas, "ah, kecil sekali.."

"Omong-omong," Anastasia menatap adiknya itu, "bagaimana keadaan ayah?"

Athella hanya tersenyum tipis, "Yah, begitulah.."

○○○

Sebenarnya tiga hari yang lalu, Simeon sempat sadar, bisa dibilang ia bertingkah normal seperti dulu dan tidak berhalusinasi, semua orang tentu saja berbahagia dan mulai memiliki harapan atas kesembuhan sang Viscount.

Namun tidak dengan Athella.

Semuanya berjalan terlalu persis, yang hanya bisa ia lakukan adalah membuat kenangan sebanyak mungkin seharian itu untuk ayahnya ingat, setidaknya sedikit, dan agar dia tak semenyesal dirinya dahulu.

Dia tahu persis apa yang akan terjadi, mungkin hari ini, atau besok, ayahnya benar-benar akan pergi dan sekali lagi Athella akan kehilangan.

"Hahh.." sang gadis mengusap wajah lelah, ia menyandarkan dirinya di kursi meja belajarnya dengan lemas, dia benar-benar banyak pikiran akhir-akhir ini, belum lagi selain ayahnya dia juga membantu Anastasia mengurus anak-anak. Jadwal tidurnya betul-betul kurang.

"Athie," Arabella memasuki kamarnya, kemudian meletakkan tumpukan surat di meja, "ada surat dari teman-temanmu."

Postur Athella menegak, ia memandangi 4 lembar surat di mejanya itu. Memang dasar kebiasaan, Sana dan Helio selalu saja mengirim surat lebih dari 1 yang memiliki topik berbeda.

MASTERMIND | Helio TropiumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang