17. Kakak Ipar

448 87 6
                                    

"Apa anda percaya Dewa?"

Mendengar pertanyaan itu membuat Athella kebingungan setengah mati, pertanyaan macam apa ini? Apa ini langkah awal Iaros untuk menghasutnya ikut semacam sekte sesat agar Athella menjadi salah satu hambanya?

Athella memaksakan dirinya untuk tersenyum, "Tentu saja saya percaya."

Itu akan menjadi kontroversial jika Athella menjawab tidak, Kekaisaran ini termasuk Kekaisaran yang berpegang teguh pada nilai-nilai agama, kekuatan pihak Kuil saja secara politik nyaris setara dengan keluarga Kekaisaran.

Lagipula ia jujur, sebagai pembaca cerita asli, keberadaan Dewa itu sendiri sudah terbukti, walau Athella tak pernah benar-benar peduli terhadap-Nya; Athella bukan tipe yang religius. Walau ia kadang kepikiran, Dewa itu pasti punya jawaban atas perpindahan dunianya, tapi ia belum mencari tahu secara lanjut.

Iaros malah menunjukkan reaksi yang lumayan tak terduga. Lelaki itu mendengus, seolah meremehkan, ia tersenyum miring.

"Begitu, ya..."

Athella memiringkan kepalanya, "Apa saya mengatakan sesuatu yang salah, Yang Mulia?"

"Ah, tidak," Iaros membalas, mengibaskan tangannya, "saya hanya tidak menyangka saja."

'Wajahku kelihatan seperti orang tak beriman, kah...'

"Kalau begitu," Iaros kembali memecah hening, matanya bergulir ke area sekitar, "saya ucapkan selamat ulang tahun, Nona. Hadiah anda akan dibawa oleh pelayan sebentar lagi."

"...Saya merasa benar-benar terhormat, terima kasih sekali lagi, Yang Mulia," Athella membungkuk sopan, Iaros hanya membalasnya dengan senyuman dan anggukan sekilas lalu berjalan menjauh darinya, pergi untuk menikmati pesta.

Saat memandang punggung Iaros yang terlihat semakin kecil akibat jarak, Athella mengembuskan napas panjang, apa dia pernah tanpa sengaja menyinggung sesuatu di masa lalu? Walau ini bukan pertama kalinya mereka berada di acara yang sama, mereka sama sekali tak pernah berinteraksi, kalau begitu, kenapa...

...kenapa kelihatannya seperti Iaros mengetahui sesuatu?

Athella merasa terintimidasi tanpa sadar.

○○○

"Apa yang sedang kau pikirkan?" setelah pesta usai, semua tamu sudah pulang dan aula Manor sedang dibersihkan oleh para pelayan, kini Athella dan Arabella sedang berduduk santai di balkon kamar Arabella, gadis itu memang suka datang menumpang karena kamar Arabella memiliki balkon; tak seperti kamarnya.

"Putra Mahkota," Athella menjawab spontan, membuat Arabella tersedak jus yang baru saja ia teguk.

"Hah?" Arabella mengernyit, "untuk apa kau memikirkan Putra Mahkota?"

"Haaa.." Athella menghela napas, "dia benar-benar aneh, entah bagaimana nasibku kedepannya jika berurusan dengan orang macam itu."

"Kenapa memangnya?" sang kakak memiringkan kepala, "dia menghadiahimu cicak mati, kah?"

"Kakak kenapa bisa kepikiran sampai sana, sih?"

"Entah, kepikiran saja," gadis itu mengedikkan bahu, "dari cara bicaramu, dia jadi terdengar seperti orang gila."

"Memang orang gila," Athella menimpali, ia bergidik ngeri mengingat hal-hal apa saja yang sudah dilakukan Iaros di cerita aslinya, mulai dari membodoh-bodohi dua pemeran utama wanita hingga persahabatan mereka hancur, melecehkan mereka, melakukan pembantaian terhadap rakyat, lalu berniat membunuh Medeia, gadis yang katanya ia cintai. Bahkan Helio juga nyaris kena.

MASTERMIND | Helio TropiumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang