32. Perubahan dan Permainan Takdir

390 85 4
                                    

"Hey, apa kau sudah dengar?" si gadis menyender, berbisik pada sang kawan, "katanya, Marquess Tropium melamar putri bungsu keluarga Nivallis!"

"Hah? Yang benar saja," kawannya balas berbisik, "bukannya Marquess Tropium itu kekasih Putri Beliard?"

"Hei, tolol, dia saja ikut kompetisi kandidat Putri Mahkota!" gadis itu menggeplak bahu kawannya, "kau pikir ia berani punya kekasih ketika jelas-jelas masa depannya itu matahari Eperanto?"

"IH," temannya meringis, "kenapa tidak? Kalau selingkuhan yang ditawarkan itu kesatria terkuat di Kekaisaran dengan kekayaan dan tampang seperti Marquess Tropium, aku juga akan mau!"

Gadis itu menatap temannya datar.

"Inilah kenapa Dewa membuat kau terlahir sebagai rakyat jelata, bukannya putri Duke."

{}{}{}

"Athella... Nivallis...?" 

Psyche mengerjap, ia tanpa sengaja mendengar pelayannya bergosip tentang kedua nama yang terdengar familiar di telinganya; Helio Tropium dan Athella Nivallis.

"Mereka itu temannya Putri Medeia, 'kan...?" ia bergumam pada dirinya sendiri, gadis itu sudah pernah bertemu dengan Helio, tapi Athella sendiri belum pernah, 3 tahun semenjak mulai keluar rumah dan bergaul di lingkaran bangsawan, ia hanya sekedar mendengar-dengar soal Athella Nivallis itu dari mulut orang-orang (karena Athella menghabiskan kebanyakan waktunya 8 tahun belakangan ini di Viscounty, ia jarang-jarang ke ibukota), ia pernah menanyakan soal gadis misterius itu juga pada Medeia, dari jawaban Medeia, terlihat jelas bahwa Athella itu sosok yang dekat juga, Medeia bahkan terlihat menghormatinya.

"Aku penasaran," gadis itu merona, ketika bertanya pada orang-orang tentang Athella Nivallis, hal pertama yang keluar dari mulut mereka adalah kecantikannya, kemudian tingkahnya yang santun, ketiga soal kesendiriannya di umur 23 tahun (Psyche tak mengerti mengapa orang-orang itu pusing sekali soal ini), yang jelas, sosok itu terdengar mengagumkan di telinganya.

"Nona," Psyche menoleh, mendapati bibi pengasuhnya melangkah padanya dengan senyum penuh afeksi, di belakangnya sudah ada beberapa pelayan yang berbaris dengan perlengkapan gaun baru di tangan mereka, "anda hari ini akan pergi bersama Putri Medeia lagi, 'kan? Mari kami bantu untuk bersiap-siap."

Wajah cerah gadis itu semakin cerah, "Iya, tolong dibantu ya, semuanya!"

[][][]

Sejak mulai berteman dekat, Psyche dan Medeia seringkali bertemu di kediaman lain yang merupakan properti atas nama Medeia sendiri di bandingkan di Manor Beliard. Psyche sudah sering sekali ke sana, hingga ingat sebagian besar seluk-beluk dari rumah milik Medeia itu.

Kali inipun sama, ia mengingatnya dengan baik, berapa pelayan yang ada di sana dan bagaimana lukisan-lukisan yang ada di dalam bangunan itu, makanya saat turun dari kereta kuda, Psyche dengan percaya diri melangkah masuk dan mengetuk pintu seperti biasa, mengekspektasikan Nona Medeia untuk ada di balik singkapan daun pintu, lalu Psyche akan memeluk Medeia erat sebagai bentuk sapaan, dan Medeia juga tak akan pernah masalah dengan sikapnya.

Itu semua sudah menjadi rutinitasnya tiap datang berkunjung, makanya ketika pintu itu mulai terbuka, Psyche sudah siap-siap akan memeluk Medeia erat.

Krieett.

Grep!

"Putri Medei-!" seruannya terpotong, tunggu, ini tak terasa seperti badan yang seringkali ia peluk, belum lagi ketika matanya terbuka dan seketika melirik ke samping, yang Psyche dapati malah rambut ikal berwarna pirang terang, memangnya sejak kapan rambut lurus panjang berwarna ungu gelap milik Putri Medeia malah jadi begini?

MASTERMIND | Helio TropiumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang