53. Strategi dan Pernikahan

610 64 24
                                    

Harusnya gadis itu tidak menawarkan diri untuk memanggil kakaknya turun untuk makan bersama.

Bibir Athella bergetar, tangan sang remaja terkepal erat, di hadapannya, ada tubuh sang kakak yang kakinya tak menyentuh lantai—lehernya bergantung pada tali yang menjuntai dari langit-langit kamar.

"Kak Bella ...." suaranya yang tercekat dan serak sekecil bisikan, kakinya mulai melangkah mundur, posisi Athella yang awalnya berada di tengah-tengah bingkai pintu itu kini sudah berusaha sejauh mungkin dari pandangan.

Punggung dan bagian tumit atasnya kini sudah merasakan kerasnya permukaan dinding; ia bahkan tak bisa menangis; Athella berdoa mati-matian pada Dewa agar ia bisa segera bangun sekarang juga.

Tapi tak ada, Dewa tak mengabulkan doanya.

Ia ingin lari dari kenyataan, ia ingin menenggelamkan dirinya dalam tembok ini dan membiarkan dirinya sendiri mati karena sesak di dalam tembok, apapun itu, agar ia bisa menghindari pemandangan yang mengintai matanya.

"Athie," suara lain terdengar—Anastasia, dengan bajunya yang agak berantakan. Wanita itu memang selalu memasak di dapur untuk mereka semua.

Athella meremat kausnya, ia yakin wajahnya pucat sekarang.

"Kenapa tak kunjung memanggil Bell—?"

Mata Anastasia membola.

"AAAAAAH!"

<><><>

Tirai mata gadis itu tersingkap secara instan, tangannya bergetar dengan napas yang memburu. Lagi-lagi ... dia memimpikan masa lalu.

Tangannya beralih menutupi wajahnya dengan lemas, ia berusaha mengontrol napasnya sendiri, terbangun dengan punggung bergetar yang dibalut peluh bukanlah hal yang bisa dikatakan baik.

"Ugh ..." Athella menggeram, "mimpi buruk, lagi-lagi ...."

Tok tok tok.

"Selamat pagi, Nona," Athella menoleh, mendapati Ernie yang baru saja memasuki kamar, "Anda bangun cepat lagi hari ini."

"Ah, begitulah ..." Athella menghela napas kasar, "apa ada kabar dari Viscounty? Sudah sampai mana perjalanan mereka?"

"Sehari lagi mereka akan sampai, Nona," Ernie menjawab, berjalan ke arah jendela dan membuka tirainya, "apa Nona bermimpi buruk lagi?"

"Hmm ...." dia mendeham sebagai respon, tubuhnya masih lemas. Mendengar itu, Ernie menoleh dengan khawatir.

"Nona akhir-akhir ini sepertinya lebih stres dari biasanya ..." Ernie berpendapat, "apa tak ingin beristirahat dulu?"

"Tidak sekarang, Ernie," Athella menjawab, mulai menurunkan kakinya untuk berpijak di permukaan lantai, "aku ada janji dengan Sana hari ini. Sudah lama kami tak hertemu."

"... Ah, apa Tuan Marquess akan menjemput Anda?"

"Tidak, aku pergi sendiri."

[][][]

"Sudah lama tak bertemu, Sana."

Sana mendecih; ia memajukan bibirnya cemberut, "Iya, lama tak bertemu kalian malah sudah mengumumkan pertunangan- bahkan akan menikah, dasar pengkhianat!"

MASTERMIND | Helio TropiumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang