11. Merelakan Lagi

519 112 4
                                    

Helio's POV:

Sudah 2 bulan semenjak kak Athella dan kakak-kakaknya pergi ke Viscounty, semenjak itu juga, aku dan Sana rutin memberi surat setiap minggunya, suasana jadi benar-benar sepi, Sana memang sering berkunjung, tapi kami berdua memang tak bisa tidak merasa hampa.

"Kenapa Kaisar tidak banyak membuat koin saja, ya? Kan akan jadi mudah kalau banyak, nanti diberi ke orang-orang miskin saja supaya di Kekaisaran tidak ada orang miskin lagi," Sana mengeluarkan pertanyaan, itu membuatku yang sedang membaca buku ikut memgernyit heran, iya, ya? Padahal kan mereka buat saja, atau ganti saja mata uangnya menjadi daun. Pasti akan lebih mudah.

"Entahlah, Sana," aku menghela napas, tiba-tiba teringat lagi bahwa kak Athella yang paling sering menjawab pertanyaan-pertanyaan acak dari kami selama ini, itu membuatku semakin lesu saja, "andai ada kak Athella.."

"Benar," Sana ikut menghela napas, "Athella kan pintar, dia bisa memberi jawaban yang keren."

Kalau dipikir-pikir, sejak kami berteman, kak Athella yang paling sering memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan kami, dia akan selalu menjawabnya dengan sabar dan benar. Seperti sumber informasi segalanya, kadang aku bingung, apa orang seusia kak Athella memang sepintar itu?

Sekarang aku sudah 10 tahun, Sana sudah seumuran kak Athella waktu pertama kami bertemu, tapi dia tidak jadi sepintar kak Athella, tuh?

Aku lagi-lagi menghela napas.

"Kira-kira kak Athella sedang apa ya, Sana?" kuletakkan bukuku di atas meja dan memilih untuk sepenuhnya menyandarkan diri di kursi, mataku memilih untuk menelisik motif di langit perpustakaan Manor, di saat seperti ini, aku lagi-lagi sadar bahwa rumahku ini memang sangat besar.

Tiba-tiba aku jadi teringat perkataan Nona Beliard sekitar tiga tahun lalu tentang betapa beruntungnya aku terlahir sebagai anak tunggal, kira-kira.. kalau semua kebahagiaan ini hilang dalam sekejap—

"Entah? Mungkin merawat ayahnya, atau berlatih pedang?" Sana memecah lamunanku dan mengedikkan bahu, "di suratnya dia bilang dia mulai berlatih, 'kan?"

Aku cuma mengangguk, di surat kami berdua kak Athella menuliskan bahwa dia mulai tertarik dengan beladiri, Aneh-aneh saja, kak Athella 'kan seorang Lady? Biasanya para Lady yang aku lihat lebih tertarik dengan hal-hal seperti seni atau kecantikan—contohnya ibu, tapi kak Athella malah tertarik dengan yang seperti itu.

Agak aneh, tapi kak Athella dari dulu memang aneh.

"Sana," aku akhirnya menoleh padanya, "apa kau pernah berpikir kalau kak Athella itu aneh?"

Sana terdiam sejenak, lalu ia ragu-ragu mengangguk, "Sejak mengenalnya, kupikir Athella memang agak aneh.."

Sana menatapku segan—sepertinya dia takut salah bicara, tapi aku hanya mengangguki perkataannya, aku memang setuju, seberapapun aku berusaha mengerti, aku tetap merasa kak Athella agak janggal—aku tak berpikir dia berniat jahat, tapi aku merasa seperti dia banyak menyembunyikan hal.

Seperti saat hari itu; waktu aku berniat mengenalkannya pada Sana, aku menyadari bahwa dia membubuhi lumayan banyak bedak di pipinya, saat bedak itu mulai luntur, aku menyadari bahwa kak Athella sedang menyembunyikan bekas, itu memang tidak terlalu terlihat jika tidak diperhatikan dengan benar, tapi aku yakin sekali ada bekas gelap di pipinya, hanya saja aku pura-pura tidak tahu.

MASTERMIND | Helio TropiumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang