56. Perkembangan

180 17 5
                                    

"Selamat ulang tahun, Nona Briony," Andreas Gramen tersenyum pada tunangannya yang kini menatapnya penuh damba, itu penuh dengan kesenduan. Andreas hanya memajukan raga sebentar sebelum mendaratkan satu kecupan ringan di kening Valenzia Briony, sebelum segera menjauhkan diri.

Lelaki itu memilih mengalihkan pandangan dan berjalan menjauh, bersamaan dengan musim semi di mana bunga-bunga tumbuh dengan indahnya, Valenzia Briony merasa kepingan hatinya gugur bagai dedaunan kering di musim setelah musim panas memilih pergi.

"Tuan Gramen," Andreas menghentikan langkah, dan berbalik.

"Iya?"

"...." Valenzia Briony terdiam sebentar. Andreas rasa, ia tahu gadis itu akan mengatakan apa, tapi ia memilih menunggu dan berpura-pura tidak tahu. Terbesit dalam sudut hatinya; harapan bahwa Valenzia Briony memilih untuk membungkam diri.

"... tidak apa-apa, maaf mengganggu."

Harapan Andreas terkabul.

"Baiklah."

'Tak bisakah aku memanggilmu dengan namamu dan kamu memanggilku dengan namaku tanpa embel-embel formalitas, seperti bagaimana kamu dan Athella dahulu?'

[][][]

Andreas lagi-lagi membaca surat yang telah Athella kirimkan sebagai balasan tiga belas hari lalu.

"Terima kasih banyak, Tuan Gramen. Saya sangat mensyukuri ucapan selamat yang Anda kirim.

Tolong sampaikan pada Nona Briony, saya ingin mengucapkan selamat ulang tahun untuknya - dan meskipun saya terlambat mengatakan ini kepada Anda, saya akan mengatakannya sekarang.

Selamat atas pertunangan Anda, saya tak mengharapkan apapun selain hubungan yang berbahagia di antara kalian berdua.

Dengan penuh hormat,
Athella Tropium."

Ia memandangi surat itu lamat-lamat, sebelum melipatnya kembali dan memasukkannya ke dalam amplop bercap Tropium.

"Haa ...." bahkan, angin yang begitu banyak malam ini tak cukup untuk menghilangkan sesaknya. Andreas memejam mata. Mengingat-ingat kembali hubungan keduanya dahulu.

Hubungan Andreas dan Athella diisi dengan kebahagiaan di momen-momen tertentu. Dan di momen lainnya, Athella hanya akan bertingkah canggung, mengingatkan kembali Andreas pada fakta yang tak ingin ia ingat.

Athella tak mencintainya.

Andreas tahu, bahkan sejak pertama kali Athella menerima perasaannya. Tapi pria itu memilih membiarkannya dan hanya mementingkan perasaannya yang akhirnya bisa ia tuangkan. Itu egois, Andreas Gramen tahu itu lebih dari siapapun: fakta bahwa ia memilih mengabaikan perasaan Athella adalah bentuk keegoisan nyata yang ia balut dengan harapan bahwa perasaannya akan berbalas suatu hari nanti oleh kekasihnya sendiri.

Ada saat di mana Andreas menyadarinya dalam hubungan itu, dan mempertimbangkan baik-baik cara agar bisa berpisah. Pemandangan Athella yang memaksakan diri untuk bisa mengimbangi perasaannya dengan tindakan bukanlah hal yang ingin Andreas lihat. Bisa ia rasakan di setiap pelukan yang mereka lakukan, Athella benar-benar tak nyaman.

Tapi ada saat di mana tembok-tembok yang Andreas bangun agar mereka bisa terpisah lagi-lagi runtuh.

Ketika Athella bisa tiba-tiba berubah dan menatap Andreas seolah lelaki itu adalah pusat dari dunianya.

MASTERMIND | Helio TropiumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang