21. Ketakutan

384 87 3
                                    

TRIGGER WARNING!

Pembunuhan, adegan kekerasan, kekejaman terhadap hewan.

Buat yang gak nyaman sama adegan begini, bisa diskip soalnya mungkin bakalan agak eksplisit.

○○○ : satu sampai beberapa hari/bulan kemudian
●●● : beberapa saat kemudian (masih di hari yang sama)
+*+ : flashback

○○○

24 jam sebelumnya; Kediaman Tropium.

Mendengar teriakan sang ibu membuat Helio tersentak, genggamannya pada keling yang lumayan berat itu mengerat, mengapa ibunya berteriak seperti itu? Apa yang terjadi? Ia baru pertama kali mendengar Ibunya benar-benar ketakutan.

"NYONYA!!"

Kali ini teriakan Leander, diikuti teriakan pelayan lainnya, Helio bahkan mulai mendengar Mel yang menggonggong dan menggeram keras, tadi Mel memang belum masuk ke kamarnya. Anak itu semakin cemas, ia mulai turun dari ranjang dan berjalan pelan ke arah pintu kamarnya yang terkunci, sayangnya tak ada celah terdapat hingga Helio tak bisa mengintip, yang bisa ia dengar adalah suasana kacau-balau dari luar.

Tak lama, Helio yang berdiri di dekat pintu sembari menyandarkan dirinya ke daun pintu itu. Ia kemudian merasakan cairan yang mengalir masuk lewat celah bawah pintu, Helio mengernyit dan akhirnya menunduk; menengok ke bawah.

Itu darah.

Napas Helio rasanya tercekat, angin berembus makin kencang dan membuat jendela kamarnya yang terkunci mulai mengeluarkan suara berderit, Helio bergetar hebat dan memegang erat kelingnya seolah itu adalah tali yang akan melindunginya dari kemungkinan terjatuh. Suasana di luar makin kacau, tapi ia masih bisa mendengar suara teriakan ibunya.

Dengan tangan bergetar, Helio mulai memutar kunci pintunya dan membuka pintu itu takut-takut, ia tak mengetahui apakah ia akan menyesalinya, tapi dia merasa seperti dia setengah sadar ketika melakukannya. Pikiran anak itu terasa kosong dan penuh di saat bersamaan.

Suara derit terdengar di momen ketika anak itu membuka pintu kamarnya, lewat celah ia mengintip: sang ibu sedang berhadapan dengan seseorang yang tak bisa ia lihat wajahnya karena tertutup oleh topeng, darah semakin mengalir deras ke dalam, Helio lagi-lagi menengok ke bawah, saat itu juga Helio tak bisa mempercayai matanya sendiri.

Tepat di depan pintunya, ada sang ayah yang sudah tergeletak dengan 3 lubang yang mengeluarkan darah di dada, leher, dan perut. Helio bahkan tak bisa berteriak saking takutnya, ia melihat sang ibu di depan matanya sendiri berusaha mendorong kedua tangan orang itu menjauh, seolah berusaha mencegah sang pembunuh datang ke kamarnya.

"I-i-"

Baru saja ia ingin memanggil ibunya, baru saja anak itu ingin berbicara pada ibunya lagi setelah berjam-jam merajuk dan mengabaikan panggilan ibunya karena kelewat marah. Alam seolah tak ingin ia berbaikan dengan orang tuanya, bahkan tepat sebelum mereka mati, seolah ingin membuat Helio membusuk dalam penyesalannya sendiri selama sisa hidup yang ia bisa habiskan.

Orang itu memenggal kepala ibunya dalam satu kali serangan.

Bibir Helio terkatup bersamaan dengan suara petir yang lagi-lagi menyambar, perlahan, kepala ibunya yang sudah terpisah dengan tubuh itu menggelinding pelan, mengarah pada kaki Helio. Helio bersumpah ia sempat melihat mata ibunya terbuka dan mengalirkan tetesan air mata terakhir sebelum akhirnya tertutup sembari menggelinding.

"TUAN MUDA! TOLONG MASUK KE KAMAR ANDA DAN KUNCI PINTUNYA!" Leander berteriak, pelayan yang lain sudah menangis ketakutan, Helio tak tahu harus berkata apa ketika pembunuh itu kini berlari kencang ke arahnya.

MASTERMIND | Helio TropiumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang