S2. New Beginnings

402 91 11
                                    

{}{}{} : satu sampai beberapa hari/bulan/tahun kemudian
[][][] : beberapa saat kemudian/kejadian di tempat lain di hari yang sama
<><><> : kilas balik

{}{}{}

Sudah 6 tahun berlalu.

"Sebenarnya apa yang sudah terjadi antara kau dan kak Athie 6 tahun belakangan ini?"

Helio menghentikan pergerakannya, ia mendongak, menatap ke arah Medeia yang kini menyesap teh dengan santai, tak lama, mata gadis itu terarah padanya dengan serius.

"Aku penasaran."

Helio mengalihkan pandangan, ia benar-benar tak ingin pertanyaan yang ia tahu tertanam di benak semua orang ini, sebenarnya apa yang terjadi di antara Helio dan Athella, 6 tahun lalu setelah kesuksesan konspirasi mereka dengan kematian Dolce Tropium?

"Saya juga tidak tahu," Helio hanya menyahut pelan, mata pria itu bergulir menyapu pemandangan orang-orang yang berlalu-lalang di bawah sana, "semuanya terasa tidak nyata."

Kerutan terlihat muncul sekilas di kening Medeia, 'Sebenarnya kenapa dengan orang-orang ini?'

"Kapan kalian akan berbaikan?" Medeia akhirnya bertanya lagi, perasaan Helio campur aduk setelah mendengar pertanyaan itu, berbaikan? Helio tak merasa hari itu akan datang dengan cepat, atau bahkan akan datang. Hubungan mereka tak bisa lagi sama setelah semua yang Athella ungkapkan hari itu, "kau berusaha sekali terlihat tak peduli tentang Athella selama ini, tapi kau pikir tak ada yang tahu?"

"Kau akan selalu peduli dan mencintai kak Athie, bagiku tak ada yang bisa membantah itu."

[][][]

"Hai, pengantin baru," Athella menyapa; setengah meledek Arabella yang kini sudah menikah sebulan lalu, "untuk apa istri dari Tuan Dekis Beliard datang kemari?"

"Ck, kupukul kau," Arabella mengambil ancang-ancang, itu membuat Athella tak bisa tak tergelak.

"Aku bercanda, duduklah, Nyonya," Athella memberi gestur yang didramatisir, gadis yang kini berusia 23 tahun itu bahkan menarik kursi untuk Arabella duduki. Rupanya ia tak bosan juga meledek Arabella, "untuk apa Kakak kesini? Ingin memberikan kabar berupa keponakan, kah?"

Arabella menatap adiknya datar, sungguh, makin lama adiknya ini makin tak terkendali jahilnya, ia semakin menjadi-jadi ketika pernikahannya dengan Dekis, tak habis-habis anak itu membombardirnya dengan ledekan, Dekispun kena.

"Kau makin tak waras, ini pasti karena terlalu lama sendiri," Arabella meledek, "sudah 23 tahun tak ada suami juga, cari, sana."

"Duh, kau benar, tolong carikan pasangan, dong," Athella membalas dengan main-main, Arabella hanya mendengus.

"Kau berkata begini padaku setelah menolak lamaran Andreas Gramen?" wanita berusia 25 tahun itu mendecak, "sebenarnya kenapa? Kalian bukannya kekasih?"

"Bukan takdirnya," Athella mengedikkan bahu, "kami baru menjalin hubungan dan dia langsung melamar, mungkin walau sudah berapa lamapun, aku tetap belum yakin untuk benar-benar memulai hidup pernikahan."

"Kau takut menjadi seperti Ibu?"

Pertanyaan itu membuat Athella terdiam, melihat adiknya yang menjadi hening, Arabella hanya menghela napas, sudah dia duga... walau kelihatan biasa-biasa saja, tentu saja Athella yang paling sulit untuk melepas diri dari kekangan trauma yang Ibu mereka ciptakan.

Sudah 6 tahun, Athella memutuskan untuk tak merubah terlalu banyak hal lagi, dia ingin hidup layaknya orang lain, sebagai gadis bangsawan, bukan transmigrator. Dia mencoba memulai hidupnya sendiri dan memulai hubungan, seperti dengan Andreas Gramen, tapi sepertinya lelaki itu sangat ingin menikah, dan Athella belum siap untuk itu. Buktinya saja Andreas sudah memiliki pasangan baru 2 bulan setelah mereka putus.

MASTERMIND | Helio TropiumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang