41. Acara Pertunangan

364 65 3
                                    

5 Jam Sebelum Acara Pertunangan, Kediaman Beliard.

Psyche (yang mereka kira Medeia) mulai dirawat oleh para pelayan untuk persiapan acara pertunangan malam ini, Athella mengawasi beberapa prosedur dari dekat, dan beberapanya lagi ia tinggalkan karena dasarnya memang pelayan Beliard adalah para profesional yang tak akan berbicara tidak penting dan menghargai privasi tuannya. Setelah diizinkan oleh Psyche (lewat isyarat yang mereka berdua pahami), Athella akhirnya tinggal bersantai saja di ruang tengah, persiapan dirinya baru akan dilakukan 2 jam lagi.

'Hmm.. aku sudah mengirim setelan untuk Halley, gaunku juga akan dikirim olehnya sejam lagi.. lalu-'

"Apa yang kalian sembunyikan?"

Athella menoleh; mendapati kakak perempuannya--Arabella datang mendekat dan duduk tak jauh darinya,gadis itu bersikap santai, ia memiringkan kepalanya sambil menatap lurus ke Arabella.

"Apa maksudnya, Kak?"

Arabella mendengus, ia tahu jelas adiknya mengerti apa yang ia maksud.

"Jangan pura-pura tak mengerti."

Mendengarnya, Athella terkikik pelan, "Maaf, deh."

Arabella diam saja, dia merasa seperti adiknya akan mengatakan sesuatu sebagai lanjutan. Dan rupanya benar, setelah selesai dengan kikikannya, Athella kembali menatap Arabella serius.

"Yah, karena itu memang hal yang disembunyikan, maka wajar jika aku tak akan memberi tahu, 'kan?"

Arabella, yang tadinya mengantisipasi, hanya bisa menarik napas.

'Dewa, tolong berikan aku stok kesabaran tambahan.'

[][][]

4 Jam Sebelum Acara Pertunangan, Kediaman Poli.

'Harusnya hari ini hari pertunanganku,' Medeia memangku dagunya, 'tapi aku malah terjebak di sini.'

Ia memejam mata, ternyata hidup sebegai Psyche merepotkan juga. Ia benar-benar lelah harus bersandiwara seolah dia adalah orang baik yang diturunkan langsung dari langit, pelayan-pelayan di sini keterlaluan ramahnya, berbeda dengan Kediaman Beliard.

'Yah, tak ada gunanya bersikap begitu kalau aslinya ingin membunuh juga...'

Seperti sekarang, tiba-tiba saja salah seorang pelayan yang wajahnya kelewat familiar lagi-lagi masuk ke kamarnya tanpa mengetuk dengan buru-buru. Jika saja ini kediaman Beliard, ia akan memerintahkan untuk kaki pelayan kurang ajar ini dicambuk ratusan sekali. Tapi Psyche akan tetap menoleransinya walau merasa tak nyaman. Anak itu benar-benar harus diajari untuk menjadi lebih tegas.

"Nona, apa benar anda ingin tetap menghadiri undangan acara pertunangan?" sosok yang Medeia kenal sebagai "Bibi Pengasuh" itu bertanya gundah, ingin sekali Medeia menyorot wanita paruh baya ini tajam, ugh, andai saja Psyche bisa sedikit lebih pemarah. Dia berucap lagi, "insiden baru saja terjadi, bukankah berbahaya jika anda nekat menghadiri pesta?"

'Itu, 'kan, bukan sebuah insiden untukmu dan pelayan lainnya,' Medeia membalas sarkas lewat batinnya, tangannya diam-diam mulai terkepal. Namun Medeia segera melepasnya dan tersenyum lembut--senyum yang biasa Psyche tunjukkan.

"Aku sungguh tak apa, Bi," ia berujar, memiringkan kepalanya dan menatap dengan sendu, "lagi pula, tak sopan untuk menolak undangan Yang Mulia... Aku juga harus melihatnya setidaknya untuk terakhir kali."

'Menggelikan.'

Bibi Pengasuh menyorot seolah telah melihat kematian di depan matanya, "Oh, ya ampun..." 

MASTERMIND | Helio TropiumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang