40. Ekspresi yang Jauh Berbeda

354 73 11
                                    

Sejak beberapa jam lalu--dihitung kemarin semenjak Psyche kini berada di tubuh Medeia, wanita yang aslinya bersurai pirang keemasan itu hanya sibuk mengurung dirinya di kamar; kelewat bingung untuk menanggapi situasi dengan benar. Tingkahnya sekarang saja sudah mencurigakan, ia takut lebih dicurigai lagi ketika keluar dan mencoba berbaur, bagaimanapun, tingkah keduanya jauh berbeda.

"Aku tak kunjung bangun..." gumamnya sembari menenggelamkan wajah di antara lipatan tangan yang bertumpu pada lutut, lengannya sudah memerah--akibat ia cubiti berkali-kali karena berpikir ini adalah mimpi, "artinya bukan mimpi, 'kan?"

Rautnya sendu, "Itu berarti Nona Medeia ada di tubuhku, untung saja... aku sempat menyembuhkan diriku sendiri..."

Tok, tok, tok.

Kepalanya tertoleh pada pintu yang permukaan luarnya diketuk tiga kali, Psyche diam saja, menebak-nebak siapa itu.

"Putri, ada yang datang berkunjung."

Tubuh gadis itu menegang, tangannya menjadi lurus dan memilih berpegangan erat pada kain seprei yang melapisi tilam, itu benar-benar erat hingga tangannya jadi sakit sendiri, aduh, bagaimana ini?

"Siapa?" bahkan cara bicaranya saja berbeda, jika yang berbicara sekarang adalah Medeia, nadanya bisa lebih tegas dan tak akan menciut di akhir, alis Psyche (yang secara teknis alis Medeia) nyaris menyatu dengan kening yang sudah mengernyit, ia menggigit bibirnya sendiri.

"Tuan Marquess dan Nona Athella."

[][][]

"Haah," Medeia mengusap keningnya frustasi, alis gadis itu naik sebelah, kerutan tak lepas dari wajahnya setiap ia ditinggal sendiri, "memang terlalu bodoh untuk berharap bahwa ini sekadar bunga tidur semata."

Ia terduduk di permukaan ranjang, para pelayan belum masuk sekarang karena sepertinya Psyche memang biasanya bangun lebih siang dari jam biasanya Medeia beraktivitas. Matanya menatap lurus ke depan; terkesan menerawang.

"Padahal besok acara pertunanganku," gumaman lolos dari bibirnya, "dibanding itu..."

"...hidupmu rupanya sulit juga, ya, Psyche."

Medeia ingat beberapa saat setelah jiwanya terentas dari tubuh seharusnya dan menempati tubuh ini, tiba-tiba salah satu pelayan masuk tanpa izin dan berlari ke arahnya yang masih tersungkur. Dia terlihat kaget, Medeia kira itu karena dia yang ada di posisi aneh di permukaan lantai, namun pelayan itu malah menyebutkan sesuatu tentang manisannya selagi berusaha mengecek keadaan tubuh Psyche.

Medeia langsung tahu.

"Rupanya kau juga melalui upaya pembunuhan, huh?"

Padahal di mata Medeia rumah Psyche kelihatan harmonis sekali, rupanya tetap saja buruk. Bahkan sepertinya lebih buruk lagi karena mereka semua yang bertingkah sok baik sampai akhir, setidaknya Beliard masih lebih kelihatan sedikit, tapi orang-orang di sini...

"Memalukan."

Medeia mendecak, bagaimana ia sekarang bertahan hidup? Tidak, lebih mengkhawatirkannya lagi, Psyche pasti sedang berada di tubuhnya, bagaimana gadis itu akan bertahan sekarang? Walaupun Psyche dalam bahaya, Medeia juga sering tiba-tiba terjebak dalam situasi bahaya. Pokoknya keduanya harus bisa bertukar tubuh secepat mungkin.

"Selama itu, mari jaga tubuh ini dengan baik-baik terlebih dahulu."

[][][]

MASTERMIND | Helio TropiumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang