58. Komunikasi

118 14 3
                                    

Athella masih bisa mendengar suara sang pria, lantas menoleh pada tubuhnya yang tengah dirasuki.

"Hei, buka pintunya."

Ella mendecak sembari memegangi kepalanya yang sakit, wanita itu beranjak dan berjalan ke arah pintu, sedikit tersandung dalam prosesnya.

Wajahnya betul-betul pucat, yah, wajar saja. Athella hanya menghela; memandangi bagaimana tubuhnya yang sempoyongan membuka pintu - menampakkan wajah khawatir Pheron, Athella dapat melihat bagaimana lelaki itu menilik ruangan dengan waspada untuk mencari setidaknya sedikit kejanggalan.

Tak ada.

"Aneh sekali jika kau hanya diam saja begitu, Ella," Athella berucap lagi; membuat Ella kesal, "titipkan kuncinya pada Tuan Phell dan katakan untuk memberikannya pada Theou Piretis."

Ella menghela napas, dan berujar dengan nada jengah yang hanya disadari Athella seorang.

"Tuan Phell," ia berujar di antara helaan napas kesalnya; membuat Athella terkekeh, "kunci ruang berdoanya kuserahkan padamu - kembalikan pada Theou Piretis nanti, katakan saja Marchioness tiba-tiba tak enak badan dan menitipkannya padamu."

"Hei-" ucapan Athella terpotong.

"Baiklah, kau sendiri, apa kau akan pulang?"

"Iya," Ella membalas, "kereta kudaku menunggu di luar."

"Hei, aku tak pernah berbicara secara informal dengan Tuan Phell!"

Ella mengabaikannya, membiarkan dirinya ditilik lebih banyak lagi oleh Pheron. Bisa Athella lihat mata lelaki itu memicing.

"Kau butuh bantuan?" Pheron menawarkan.

"Tidak usah, aku bisa sendiri."

"Hoi!" Athella meninggikan suara, "kau membuatnya curiga, Bodoh!"

Si Brengsek ini jelas sekali sengaja.

[][][]

"Naiki kereta yang itu," Athella menunjuk kereta keluarga Tropium yang terparkir di sana.

"Aku tahu," balas Ella jengah, "siapapun akan langsung tahu bahwa itu kereta kuda yang kau naiki."

"Yah, entahlah," Athella membalas sarkas, "kukira kau terlalu bodoh untuk mengetahuinya, mengingat bagaima kau bahkan tak mampu mendengar perkataanku dengan baik tadi."

Ella memutar bola matanya jengah dan segera berjalan ke arah pintu kereta; membuka pengganjalnya dan melangkah masuk. Athella hanya menghela napas kesal; mengikuti di belakang wanita itu.

Ia melirik pintu yang tak terkunci, namun hanya tertahan; menoleh pada Ella yang kini bersandar pada bantalan kursi kereta. 

"Hei," Ella memanggil, "kenapa akhir-akhir ini tubuhmu terasa aneh? Seperti semakin lemah saja."

"Itu karena aku sudah semakin jarang berolahraga."

"Bukannya kau rajin olahraga di malam har-"

"Cukup."

Ella hanya terkekeh singkat dan memejamkan matanya, Athella, yang melihat itu, akhirnya berbicara.

"Sekarang, bisa kau jelaskan padaku?" ia menilik rautnya, "tentang apa yang sebenarnya kau inginkan, dan siapa kau?"

"Aku?" Ella terkekeh lagi, kemudian membuka matanya dan menoleh pada Athella, "aku ini saudara kembarmu."

Athella terdiam.

".... Gila."

"Aku tahu," Ella tersenyum tipis, "tapi itulah kenyataannya - kita ini terhubung baik secara jiwa maupun secara darah."

MASTERMIND | Helio TropiumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang